Lihat ke Halaman Asli

Ali Iskandar

Pelayan Maszawaibsos

Titik Maksimal Harapan Hidup, Apa yang Perlu Dicapai?

Diperbarui: 26 Juni 2024   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam bimbingan perkawinan yang diselenggarakan oleh KUA Kecamatan judul di atas senantiasa ditekankan untuk disampaikan kepada peserta.

Usia maksimal harapan hidup bukan berarti merencanakan bahkan mendahului kehendak tuhan akan kematian seseorang. Jauh daripada itu, angka yang ditulis pada lembar gambaran sungai kehidupan itu agar peserta lebih terarah dalam menjalani kehidupan rumah tangganya bersama pasangan yang baru dinikahinya itu.

Usia harapan hidup memang terkesan spiritualis - menakutkan. Beberapa peserta langsung terhentak pada saat menulis angka usia maksimal yang hendak mereka rencanakan. Ada di antara mereka yang menulis lebih dari 100 tahun. Boleh jadi sebagai gambaran bahwa ia tidak siap untuk menghadapi kematian. Tetapi ada pula yang menulis 40 tahun bahkan 50 disebabkan mereka menganggap bahwa ayah atau ibu mereka saat mereka menikah di usia seperti yang ditulis tersebut. Sedangkan mereka yang menulis angka 60 tahun memiliki pengetahuan yang cukup dan menjadikan usia nabi sebagai sandaran argumen tentang angka yang ditulisnya itu.

Pengetahuan spiritual memang perlu untuk didengungkan kepada calon pengantin. Tujuannya agar mereka lebih menata diri bahwa apa yang ia jalani selama ini bukanlah sebuah permainan atau kesenangan belaka. Tetapi bagian dari sebuah episode perjalanan panjang. Kebetulan saat ini takdir yang mereka jalani sebagai khalifah fill ardh dan sebagai hambanya yang ditugaskan untuk mengabdi di muka bumi.

Sebagai abdi Allah maka sudah sepantasnya calon pengantin menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepadanya. Kesenangan bersama istri atau suami sudah pasti diraih namun dibalik itu tanggung jawab besar siap menanti. Yakni dengan dihadirkannya pasangan merupakan amanah yang patut untuk di perhatikan sepenuhnya terlebih saat mereka kehadiran seorang anak.

Sebagai khalifah fil ardh lebih berat lagi. Artinya di samping mereka berkewajiban untuk meneruskan generasi juga menjaga kehormatannya. Sekaligus juga merawat bumi agar sama-sama hidup bersama dengan manusia lain dalam keadaan menjauhkan diri dari kerusakan yang dibenci olehnya.

Dua tugas di atas dinilai oleh Yang Maha Kuasa pada pengadilannya kelak di hari kemudian bocoran ini disampaikan olehnya melalui surat Yasin ayat 65 ; Pada hari ini kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang mereka usahakan.

Pada akhir ayat tersebut yakni kalimat apa yang mereka usahakan merupakan narasi yang menggambarkan perilaku manusia pada saat hidup berkeluarga dan memanfaatkan bumi sebagai episode perjalanan kehidupannya.

Menjadikan ayat tersebut sebagai landasan untuk diketengahkan kepada calon pengantin pada sesi bimbingan perkawinan cukup menghantam mereka untuk memberikan kesadaran penuh di tengah rasa senang yang sedang mereka rasakan saat menghadapi hari bersejarah untuknya. Kesenangan memang sudah pasti ia rasakan.

Tetapi kesadaran untuk tetap menjaga kesenangan kesejahteraan kesakinahan mawadah dan kerahmahan adalah tugas bersama seluruh manusia. Dan hal itu dapat dicapai dengan mengingat angka harapan hidup beserta langkah untuk mencapainya yang sudah mereka susun di sesi bimbingan perkawinan KUA Kecamatan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline