Lihat ke Halaman Asli

Alia

Siswa

Resensi Novel 1984

Diperbarui: 2 Desember 2023   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1984
   Membaca novel "1984" karya George Orwell, cukup menguras emosi, 598 halaman yang "menakutkan", bukan ketakutan pada hal-hal yang penuh adegan berdarah, tapi pada gambaran kebenaran ramalan isi novel itu sendiri.
Novel ini diterbitkan pada tahun 1949, mengambil setting tahun 1984, mengangkat isu-isu politik yang sebenarnya belum terjadi pada masa penerbitan novel tersebut.

   Kisah dimulai dari seorang politikus, Winston Smith, pengikut setia partai berkuasa. Walau tampak menyenangkan bekerja untuk partai, Winston secara perlahan mengetahui bahwa banyak fakta yang dibelokkan oleh partai. 
Propaganda penguasa akan keberhasilan di berbagai bidang, justru berbanding terbalik dengan kenyataan di masyarakat.
Ketimpangan yang terjadi, menimbulkam pergolakan batin dalam diri Winston, tapi apakah ia mampu melawan penguasa?

   Tema itulah yang membuat novel ini mampu memikat banyak pembaca. Ceritanya masih relate dengan kondisi saat ini.
Kekuasaan diktator yang membungkam hak beropini dan keadilan yang terasa abu-abu.
Beberapa bagian novel membuat saya merasa jenuh. Namun teruskan membaca, dan sebagai sebuah novel klasik, 1984 mampu menyajikan ramalan kondisi politik dunia yang kian terpuruk akibat keegoisan.

-Alia

dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline