1984
Membaca novel "1984" karya George Orwell, cukup menguras emosi, 598 halaman yang "menakutkan", bukan ketakutan pada hal-hal yang penuh adegan berdarah, tapi pada gambaran kebenaran ramalan isi novel itu sendiri.
Novel ini diterbitkan pada tahun 1949, mengambil setting tahun 1984, mengangkat isu-isu politik yang sebenarnya belum terjadi pada masa penerbitan novel tersebut.
Kisah dimulai dari seorang politikus, Winston Smith, pengikut setia partai berkuasa. Walau tampak menyenangkan bekerja untuk partai, Winston secara perlahan mengetahui bahwa banyak fakta yang dibelokkan oleh partai.
Propaganda penguasa akan keberhasilan di berbagai bidang, justru berbanding terbalik dengan kenyataan di masyarakat.
Ketimpangan yang terjadi, menimbulkam pergolakan batin dalam diri Winston, tapi apakah ia mampu melawan penguasa?
Tema itulah yang membuat novel ini mampu memikat banyak pembaca. Ceritanya masih relate dengan kondisi saat ini.
Kekuasaan diktator yang membungkam hak beropini dan keadilan yang terasa abu-abu.
Beberapa bagian novel membuat saya merasa jenuh. Namun teruskan membaca, dan sebagai sebuah novel klasik, 1984 mampu menyajikan ramalan kondisi politik dunia yang kian terpuruk akibat keegoisan.
-Alia
dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H