Lihat ke Halaman Asli

(Ini Bukan) Revolusi Mental

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu peran orang dewasa adalah sebagai pemberi solusi atau setidaknya menawarkan solusi. Jadi ketika anak kecil terjatuh dan terluka maka peran orang dewasa adalah mengobati atau setidaknya menyarankan untuk berobat, karena kebanyakan anak-anak hanya akan "mengurusi" rasa sakit dan menangis kemudian merengek. Singkatnya mereka hanya fokus pada luka sehingga mereka kedhangdapan. Kedhangdapan adalah situasi dimana seseorang mengalami ketidak-siapan karena "terkejut" sehingga seseorang tersebut tidak mengerti atau bingung dengan apa yang sebenarnya dia butuhkan.


Persis seperti sekarang ini, tanpa kita sadari sebenarnya kebanyakan dari kita sedang kedhangdapan dan mungkin inilah penyebab kita sebagai bangsa yang gagal move on, karena kita lebih fokus terhadap "luka" dan bingung apa yang sebenarnya kita butuhkan.

Sebagai contoh, seperti masa PILPRES sekarang ini.  Bisa kamu cek pada media massa atau media sosial, pasti kamu pernah menemukan entah melalui televisi, koran, radio, twitter, facebook atau broadcast BBM tentang maraknya black campaign dan/atau pertanyaan dan/atau pernyataan pelanggaran HAM kepada salah satu CAPRES. Dari beberapa informasi yang aku simak, beberapa dari teman sebagian lagi dari kenalan dalam dunia maya. Memang beberapa dari mereka aku simpulkan tahu persis karena mereka dewasa dijaman itu malah ada temannya yang menjadi korban pelanggaran HAM tersebut, selebihnya mereka seperti aku yang hanya mendapatkan informasi dari sana-sini.


Mungkin inilah penyebab kenapa kasus pelanggaran HAM di negri ini tak pernah rampung, karena sebagian besar dari kita hanya fokus pada "luka" dan lagi-lagi kedhangdapan.

Sebagian besar dari kita lebih memilih kompak tunjuk hidung seseorang atau kelompok tertentu tanpa memberikan jalan penyelesaian atau setidaknya menawarkan solusi. Sebagai contoh sebagian besar pendukung, suka relawan atau tim kampanye salah satu CAPRES menggunakan isu pelanggaran HAM untuk menyerang-jatuhkan lawannya. Seandainya memang isu pelanggaran HAM adalah jurus jitu untuk mengalahkan lawan, alangkah elok jika pernyataannya "Menurut kami CAPRES P terlibat kasus penculikan dan beberapa pelanggaran HAM, seandainya CAPRES P terpilih sebagai RI satu, apakah beliau akan menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM masa lalu? Kemudian dengan cara seperti apa?" Bukan sekedar ramai-ramai tunjuk seseorang sambil teriak atau mem-posting "JANGAN PILIH CAPRES PELAKU PENCULIKAN DAN PELANGGAR HAM" Sementara kubunya sendiri pun tak memberi dan/atau menawarkan jaminan seandainya beliau terpilih akan menyelesaikan kasus tersebut.

Sampai disini jelas, sebagian besar dari kita memang jelas sedang mem-black campaign-kan salah satu CAPRES dan ternyata sebagian besar dari kita masih kedhangdapan dan kekanak-kanakan karena lebih fokus pada "luka".

Sementara kubu yang satunya lagi mempertanyakan kesuksesan CAPRES J sebagai sebagai kepala daerah, seperti "Keberhasilan proyek itu jelas bukan kerja J sendiri karena proyek itu sudah dimulai sejak kepala daerah sebelumnya" Ini jelas pernyataan tidak pintar.


Dan membandingkan kedua CAPRES ini secara serampangan jelas bukan cara yang pintar. Dan masih banyak cara-cara tidak pintar yang oleh sebagian besar dari kita gunakan untuk menilai-bandingkan bahkan menyerang-jatuhkan kedua CAPRES kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline