Lihat ke Halaman Asli

Blusukan: The Real Jokowi-Effect Power

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tradisi blusukan ala Jokowi kini tak lagi sebatas ke akar rumput. Sintong Silaban dengan jeli melihat gerak cepat Jokowi ke tiga petinggi partai hanya dua hari setelah pileg. "Saya dapat membayangkan, jika kelak Jokowi menjadi Presiden RI, maka kita akan menyaksikan kelincahan dan gerak cepatnya mengatasi berbagai persoalan di Indonesia, " tulisnya (baca:  http://politik.kompasiana.com/2014/04/13/lincahnya-jokowi-648532.html).

Sama dengan Sintong, Saya dan mungkin juga Anda juga terkesan dengan langkah cepat Jokowi ini. Saya lalu teringat kebiasaan Pak Gubernur DKI ini yang langsung menyambangi akar rumput untuk mengetahui permasalahan nyata di sana.  Wong Solo ini tak sungkan berdesak-desakan dengan warga yang berebutan ingin menyalaminya. Kini, ia pun tak sungkan mendatangi para pesaingnya. Ini sungguh gaya komunikasi politik yang khas, jika tidak orisinil, dari Pak Gubernur.

Apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi mungkin bisa dibaca sebagai metode komunikasi "ice-breaking",  yaitu strategi cerdas dan cepat untuk mencairkan suasana atau memecahkan kebuntuan. Langkah ini sangat berguna untuk menghilangkan berbagai bentuk "mental block" yang menjadi penghalang  atau pembatas komunikasi.

Yang sangat diperhatikan oleh Pak Jokowi dalam metode ini adalah soal momentum. Dia tidak punya agenda rutinitas dalam jadwal kerja harian, karena setiap hari mempunyai momentum-nya tersendiri.  Dari sini kita bisa baca bahwa ia bukan saja seorang pekerja keras, tetapi juga seorang "knowledge worker" yang sangat mementingkan data informasi dalam desain pekerjaannya.

Jadi, kedatangan beliau ke para petinggi elit itu tak sekedar membangun sebuah komunikasi politik, tetapi juga sekaligus mengumpulkan data lapangan yang kemudian diolah sebagai bahan penting dalam penyusunan strategi politik berikutnya.

Gaya ini jarang bisa kita lihat dari para pejabat pemerintah atau elit parpol lainnya. Mereka cenderung  menikmati kursi singgasana-nya, sehingga seakan berat melangkah keluar untuk melihat apa yang terjadi di akar rumput, serta mempertahankan ego dan harga diri di hadapan petinggi partai lainnya.

Di jaman Orde Baru, Pak Harto harus membayar mahal akibat ego semacam ini, karena mengira apa yang disampaikan oleh Ketua MPR saat itu  (kebulatan tekad di seluruh tanah air) adalah kenyataan yang sebenarnya. Seandainya Pak Harto mau blusukan, dia bisa tau apakah rakyat masih menghendakinya atau tidak.

Tentu saja kita tidak boleh melupakan kegagalan blusukan ala Jokowi ini. Kampanye kemarin terbukti tak cukup efektif untuk menjadikan PDI P sebagai partai pemenang pileg .  Kemungkinan yang terjadi adalah Jokowi tak dibebaskan menentukan jadwal dan agendanya sendiri. Ia harus memenuhi kegiatan kampanye yang sudah dijadwalkan oleh partainya. Jika Jokowi dibiarkan leluasa bergerak, kemungkinan kita akan melihat Jokowi Effect yang luar biasa.

Kita tunggu gerak cerdas Jokowi berikutnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline