"Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya", ungkapan Kuntowijyo guru besar Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini mengingatkan peristiwa pertempuran di Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo.
74 tahun yang lalu arek-arek Surabaya berjuang fisik melawan tentara sekutu atau AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) yang dipimpin oleh Brigjen Mallabay, tentara sekutu datang ke Indoneisa dengan dalih melucuti dan mengembalikan tentara Jepang ke negaranya, serta menstabilkan kemanan wilayah Asia Tenggara pasca perang dunia kedua di kawawan Asia Pasifik.
Ternyata kedatangan tentara sekutu ke Indonesia diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration). niat dan tujuan NICA adalah menjajah dan menguasai Indonesia kembali, hal ini yang membuat rakyat Indonesia di berbagai daerah melakukan perlawanan terhadap kedatangan sekutu.
Salah satunya di Surabaya yang melakukan perlawanan dengan mengangkat senjata melawan tentara, Sekutu pada tanggal 10 November 1945, peristiwa tersebut kemudian dijadikan momentum untuk memperingati "Hari Pahlawan".
Pahlawan dalam Konteks Sejarah
Dalam konteks sejarah, hari pahlawan dikaitkan dengan kisah perjuangan seseorang dalam melawan penjajah (kolonialisme dan imperialisme) bangsa Eropa Barat yang datang ke nusantara dengan mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Para pahlawan berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme telah dilakukan sejak zaman perlawanan sebelum tahun 1990 dan zaman pergerakan nasional setelah tahun 1990, hingga zaman perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia Republik Indonesia.
Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia melawan Sekutu pasca kemerdekaan dalam bentuk perang fisik yang berupa perang menggunakan senjata, seperti: peristiwa Medan Area, Bandung Lautan Api, Pertempuran Arek-arek Surabaya dan sebagainya.
Sedangkan perjuangan non fisik dalam bentuk diplomasi telah dilakukan bangsa Indonesia, seperti: Perundingan Linggarjati, Perundingan Roem Royen, Perundingan Renville, Konferensi Meja Bundar dan beberapa perundingan lainnya.
Para pejuang yang berjasa melakukan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan yang kemudian dianugerahi bintang tanda jasa oleh pemerintah disebut dengan pahlawan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang menonjolkan dengan keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran pejuang yang gagah berani.