Lihat ke Halaman Asli

Haruskah Kita Bingung..

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kata yang mungkin sering diungkapkan orang, bingung. Tidak ada di dunia ini yang tak pernah tidak mengatakan kata bingung. Kata yang berkonotasi negative ini memang paling banyak diperbincangkan orang; dari kedai kopi di pinggir jalan sampai perkantoran elite di perkotaan. Karena memang kata ini yang sering bersinggungan dengan kehidupan kita. Rasa bingung timbul dari berbagai macam persoalan hidup yang kita alami. Dari mulai anak kecil yang menghadapai masalah sekolah sampai orang tua yang mengahadapi kemelut ekonomi yang dari hari ke hari semakin susah.

Kehidupan ini adalah masalah. Kita hidup sebenarnya hanya menghadapi masalah dan problematika yang kerap menantang adrenalin kita. Dalam bahasa agama Islam masalah ini kemudian disebut dengan ujian. Dari mulai sebelum adam diciptakan sebenarnya manusia sudah menghadapi masalah; iblis merasa cemburu dan tidak menginginkan adam diciptakan. Karena perhatian Tuhan terhadap manusia lebih besar.

Dari masalah yang kita hadapi ini Tuhan mengukur kadar keimanan dan mental kita. Nabi Muhammad SAW pernah mengisyaratkan bahwa kalau kita dengan rela dan ikhlas menghadapai persoalan hidup ini maka Tuhan akan memberikan kurnia yang melimpah. Bila sebaliknya maka bukannya kemudahan yang kita dapatkan, melainkan masalah kita hanya akan bertambah karena mempersoalkan masalah. Dalam bahasa psikologi rela dan ikhlas disebut positive thinking dan negative thinking.

Kita mungkin selalu berdoa agar Tuhan menjadikan kita orang kaya, pintar, dihargai orang, terhormat , punya kedudukan dan segala angan yang sering kita impikan. Kita pun percaya bahwa Tuhan pasti akan menjawab doa kita. Tapi yang kemudian terjadi adalah ketika menghadapi masalah kita malah bingung dan sepertinya menghindar dari masalah. Sebenarnya kalo dikaji lebih dalam kita akan sadar bahwa masalah yang kita hadapi itulah jawaban dari Tuhan.

Kenapa jawabannya harus masalah lagi? Itulah mungkin pertanyaan yang kemudian akan muncul dalam benak kita. Tuhan itu ibarat orang tua yang ingin menjadikan anaknya mandiri. Misalnya ketika seorang anak punya masalah; tidak punya uang untuk membeli jajanan. Padahal dia ingin sekali jajan karena melihat temannya jajan. Orangtuanya tidak memberinya uang secara langsung. Tapi yang dilakukan ayahnya adalah menyuruhnya untuk berjualan; sebuah perjuangan untuk mendapakan uang jajan. Jika si anak patuh dan sungguh sungguh berjualan, maka pasti anak itu akan mendapatkan uang untuk jajan. sehingga masalahnya pun dapat diatasi. Tapi jika sebaliknya si anak tadi hanya akan gigit jari dan persoalannya pun selesai.

Jadi seperti itulah gambaran jawaban yang diberikan Tuhan kepada kita. Ketika kita meminta untuk menjadi kaya tuhan memberikan kita masalah kemiskinan; hingga kita berjuang untuk jadi kaya. Ketika kita meminta untuk menjadi pintar, Tuhan memberikan kita rasa tidak tahu; sehingga kita mau belajar. Kalau kita mau berjuang, kita akan mendapatkan segala doa kita. Jika tidak, mungkin kita hanya akan menambah masalah. Karena persoalan hidup dari hari ke hari akan selalu bertambah.

Jangan bingung....! Selamat berjuang, semoga anda sampai tujuan....!

Bandung, 25 januari 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline