SIAPA pun tidak ada yang menyangka, jika dampak Wabah Covid 19 sedemikian rupa. Tidak hanya berdampak pada dunia kesehatan semata melainkan juga pada dunia pendidikan, politik, usaha, hingga perekonomian. Baik perekonomian global, nasional, regional, keluarga, dan individu.
Saya ingat saat pertama kali Covid 19 menjangkiti salah satu warga yang tinggal di Depok Jawa Barat beberapa waktu lalu. Salah satu WAG (Whatsapp Group) penulis yang saya ikuti langsung ramai dan membicarakan dampak yang akan terjadi.
Kebetulan dalam WAG tersebut ada salah satu teman penulis yang suaminya kerja di Bank Indonesia. Awalnya hanya cerita dampak ekonomi negara-negara yang sudah terkena wabah dan berunjung pada satu pertanyaan; apa yang harus dilakukan jika wabah benar-benar menyebar di negara kita?
Jawaban dari teman sangat singkat, "Saving your money dan your asset. Paling tidak hingga 3 bulan atau 6 bulan ke depan."
Jawaban tersebut benar-benar mengganggu acara rebahan saya waktu itu. Kenapa harus menjaga keuangan dan aset? Bukankah selama ini juga sudah menjaga sesuai saran ahli keuangan? Kenapa harus 3 atau 6 bulan? Bagaimana cara menjaganya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijawab dengan sangat telaten. Maksud menjaga di sini, menjaga lebih ketat lagi karena jika sudah terjadi wabah tidak ada yang tahu kapan berakhirnya. Bisa jadi 3 bulan, 6 bulan, bahkan lebih.
Lantas dia kasih Tips Cara Menjaga Keuangan yang bisa dilakukan, tetapi sifatnya masih global karena setiap orang berbeda, disesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhannya.
Obrolan ringan dalam WAG tersebut, ternyata sekarang benar-benar terjadi. Dalam waktu singkat wabah meluas ke pelosok negeri. Supaya terhindar dari wabah, pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti tidak boleh ada kerumunan, jaga jarak, jaga kebersihan, cuci tangan, pakai masker ketika harus keluar, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBP) di beberapa propinsi.
Siswa belajar di rumah, karyawan bekerja dari rumah, ibadah di rumah, dan semua sebisa mungkin dilakukan di rumah agar tidak terjangkit. Tidak sedikit pula perusahaan yang kemudian tutup dan mem-PHK karyawannya.
Hingga saya menulis ini, saya masih deg-degan. Saya selalu berdoa dan berharap semoga tempat saya kerja mampu menghadapi wabah ini hingga bisa terus produktif dan mampu menggaji karyawannya.
Sejak wabah merebak perusahaan sudah membicarakan kebijakan-kebijakan yang kemungkinan terjadi ke depan. Karyawan diminta tetap suport perusahaan secara optimal. Karyawan juga diminta mengelola keuangan keluarga dengan bijak agar keluarga tidak terlantar.