SEMENJAK memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan alias BPJS Kesehatan satu setengah tahun lalu, sepertinya tak pernah telat untuk menggunakannya rutin sebulan sekali, bukan karena ada yang sakit, melainkan karena kebutuhan anak-anak yang masih dalam pertumbuhan. Saya menggunakan kartu tersebut untuk perawatan gigi anak-anak.
Si Sulung jelang usia 12 tahun, ada beberapa gigi susu yang belum tanggal, setiap bulan observasi dan akhirnya sekarang sudah dicabut dan gigi utamanya tumbuh dengan sempurna. Anak nomer dua gigi depannya tumbuh di bawah gigi susu depan sehingga tumpang tindih. Akhirnya dilakukan operasi kecil untuk mencabut giginya, sekarang gigi depannya tumbuh dengan sempurna.
Sementara si Bungsu yang baru mau menginjak usia 8 tahun lebih parah lagi, banyak gigi gusi yang berlubang, sementara untuk menambal perlu berkali-kali datang untuk observasi, jadilah hampir setiap minggu mengunjungi dokter gigi.
Saya nggak tahu, apa jadinya jika saya tidak memiliki BPJS Kesehatan, barangkali tiap minggu harus menyisihkan bugdet khusus untuk datang ke dokter gigi demi pertumbuhan gigi anak-anak. Mungkin ini bagi sebagian orang sangat kecil, tetapi bagi saya tetap berat. Beruntung, punya BPJS sehingga nggak perlu lagi menyisihkan bugdet khusus kecuali untuk membayar iuran bulanan yang sangat terjangkau.
Biaya Caesar hingga Operasi Langit-langit Mulut
Terus terang awalnya saya pesimis dengan adanya BPJS Kesehatan, bukan apa-apa, sebelum saya merasakan manfaatnya, banyak cerita miring tentang penggunaan BPJS Kesehatan. Sudah menjadi rahasia umum, banyak yang merasa dipersulit ketika menggunakan BPJS Kesehatan, misalnya pelayanan yang lama, harus berkali-kali datang, harus mendapat rekomendasi dari Klinik Pratama jika akan berobat pada rumah sakit lanjutan, rumah sakit tidak mau menanggung, dan sebagainya.
Hingga, setelah BPJS bergulir beberapa lama, ada adik dari seorang sahabat yang akan melahirkan. Adik dan suaminya pasangan muda yang sama-sama buruh pabrik. Pada saat akan melahirkan kebingungan karena tidak punya biaya untuk operasi Caesar. Bayi yang dikandungnya ukurannya besar dan sungsang sehingga harus dicaesar.
Beruntung pasangan muda tersebut telah memiliki kartu BPJS Kesehatan yang difasilitasi oleh pabrik tempat mereka bekerja, walau baru beberapa bulan. Mereka kemudian menyodorkan kartu BPJS Kesehatannya untuk melakukan Caesar. Tak disangka, keluarga kecil yang baru punya momongan itu dibebaskan dari semua biaya Caesar yang menelan biaya lebih dari 8 juta rupiah.
Kejadian kedua dialami oleh seorang teman senior editor. Dia harus mengoperasi anaknya yang sekarang kelas 1 SD. Operasi yang dilakukan tidak main-main. Operasi pada langit-langit mulut karena sejak kecil anaknya mengalami bibir sumbing yang cukup parah. Langit-langit mulutnya terbelah hingga hidung dan harus dioperasi setelah anak usia 7 tahun. Operasi tersebut paling tidak menelan biaya hampir 18 juta rupiah.
Alhamdulillah berkat kesabaran mengikuti semua aturan yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan, penantiannya berakhir. Anak keduanya tersebut berhasil melakukan operasi dan dia hanya mengeluarkan biaya kurang dari 1 juta untuk beberapa peralatan yang memang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Saya baru tahu belakangan, kalau teman tersebut baru memiliki kartu BPJS Kesehatan tidak lebih dari setahun sebelum operasi tersebut dilakukan.
Jika dihitung dari iuran yang dikeluarkan setiap bulan, mustinya kedua kasus di atas tak mungkin terjadi. Bayangkan saja, iuran yang dikeluarkan setiap bulan sangat kecil, sementara yang harus mereka bayar jumlahnya jauh lebih besar dari jumlah iuran yang dikeluarkan setiap bulan, bahkan jika diakumulasi selama satu tahun pun tetap masih kecil.