Lihat ke Halaman Asli

Ali Muakhir

TERVERIFIKASI

(Penulis Cerita Anak, Content Writer, dan Influencer)

Bisakah Menjadi Fulltime Writer?

Diperbarui: 14 Desember 2015   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERNAH terbayang menjadi Full Time Writer? Barangkali sepuluh atau duapuluh tahun lalu tidak sedikit yang tidak pernah membayangkannya. Akan tetapi, melihat perkembangan kepenulisan dewasa ini, mulai banyak yang membayangkannya. Bukan saja karena peluang, melainkan juga lantaran begitu menggiurkannya tawaran dalam dunia tulis menulis.

Banyak calon penulis yang berpikiran kalau penulis itu hanya menulis buku saja, itu salah besar karena peluang dalam dunia tulis menulis sangat banyak. Selain menulis buku, penulis juga bisa menulis skenario, menjadi co writer, ghose writer, naskah pidato, skrip radio, skrip iklan, editor sebuah penerbitan, atau trainer kepenulisan.

Dunia kepenulisan sudah menelusup ke berbagai bidang pekerjaan, jadi tidak perlu di khawatirkan. Jika sudah sedemikian banyak peluang, apa kita masih bertanya? Bisa kah hidup hanya dari menulis? Jawabannya sudah pasti sangat bisa.

Sebagai gambaran, dari menulis buku seharga Rp. 100.000 saja, dengan royalti 10%, jika buku kita best seller sampai 100.000 eksemplar, kita akan mendapatkan kurang lebih 1 Miliar.

Itu jika buku kita best seller kalau tidak? Jangan khawatir, masih banyak peluang, seperti yang saya sebutkan di atas.

Apa Syarat Menjadi Full Time Writer?

Sebagaimana profesi lain, profesi menulis juga perlu persyaratan. Paling tidak, walaupun tidak tercantum dalam undang-undang, persyaratan ini wajib dipenuhi.

Pertama, harus suka baca. Baca bisa bermakna zahir, bisa juga bermakna maknawi. Zahir dalam artian benar-benar suka membaca buku, media massa, atau apapun yang berbau bacaan karena ini akan memperkaya kepekaan kita dalam hal berbahasa.

Maknawi berarti kita membaca sekeliling kita, dunia kita dari berbagai sisi. Dengan BumBaTa (Buka Mata Buka Telinga) kita jadi makin peka pada sekeliling kita dan tentu saja semakin membuat kita mudah memunculkan ide-ide cemerlang.

Kedua, harus mampu menuangkannya dalam betuk kata dan kalimat. Namanya dunia tulis menulis memang produknya kata dan kalimat, kalau menulis satu kalimat yang baik dan benar saja tidak bisa, bagaimana mampu menulis berlembar-lembar? Makanya, ini diperlukan latihan yang terus menerus. Makanya, ini ada trainingnya.

Ketiga, harus bergaul dengan sesama penulis (komunitas) karena ini membantu kita untuk terus mengasah kemampuan menulis. Kan katanya, kalau kita mau wangi, kita harus gaul sama tukang minyak wangi, menulis juga sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline