[caption id="attachment_415057" align="aligncenter" width="350" caption="Baligo Bung Karno dan Nelson Mandela di Salah Satu Sudut Jalan Cikapundung Timur Bandung (Foto: Alee)"][/caption]
HINGAR bingar peringatan Konfrensi Asia Afrika (KAA) ke-60 telah usai. Seminggu setelah Historical Walking (para pemimpin negara-negara Asia-Afrika berjalan bersama-sama dari Hotel Savoy Homan menuju Gedung Merdeka di Jalan Asia-Afrika Bandung) berlangsung pada Hari Jumat 24 April 2015, ternyata gelombangnya masih beranjut. Tidak berhenti begitu saja di Gedung Merdeka.
Pelancong yang tidak sempat mengikuti acara pada hari pelaksanaan, masih terus berdatangan. Menikmati keindahan Jalan Asia-Afrika Bandung, panggung hiburan, dan stand-stand jajanan yang ada di samping kanan Gedung Merdeka, tepatnya di Jalan Cikapundung Timur Bandung. Mereka tidak terganggu dengan pekerja yang sedang memperbaiki kerusakan akibat ulah pengunjung acara peringatan yang tak bertanggung jawab.
Ada beberapa kerusakan yang terjadi, selain beberapa bangku patah, pot tanaman yang diinjak-injak, lempengan bendera negara-negara Asia-Afrika yang dilepas dari bola-bola batu di sepanjang Jalan Asia-Afrika, juga monumen Asia-Afrika yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo.
Monumen Asia-Afrika yang berbentuk bola dunia dan berlokasi di pertigaan Jalan Asia-Afrika, Dalem Kaum Timur tersebut diberi polisi line karena lempengan-lempengan nama negara Asia-Afrika dilepas para pengunjung, bahkan dengan tanpa merasa bersalah dijadikan properti berfoto.
Beruntung, kerusakan tersebut segera diselesaikan dengan damai oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Beberapa pengrusak meminta maaf dan diganjar dengan push-up serta mengepel sepanjang Jalan Braga Bandung. Bukan apa-apa, sekadar untuk membuktikan keseriusan permintaan maaf para pengrusak sekaligus membuat efek jera. Supaya ke depan tidak ada lagi terjadi pengrusakan.
***
Terlepas dari kerusakan-kerusakan tersebut, ada yang perlu disyukuri dari peringatan KAA ke-60. Bandung sebagai Paris Van Java namanya kembali mencuat ke permukaan dalam Indonesia Travel, sebagai salah satu destinasi wisata yang layak dikunjungi. Ibarat sebuah lautan, gelombangnya tak terhenti begitu saja.
Dahulu, ruang terbuka di bagian kanan Gedung Merdeka, Jalan Cikapundung Timur hanya sebuah jalan belaka, sekarang ada sebuah taman yang cukup asri dan nyaman walau belum seratus persen jadi. Cikapundung Riverspot, nama taman tepian Sungai Cikapundung ini.
Dalam taman tersebut, selain ada kolam ikan, bangku warna merah yang berjajar rapi dan bisa untuk duduk-duduk santai, juga ada air mancur yang setiap bisa menari-nari. Air mancur tersebut seolah menjadi penghibur bagi warga yang sedang duduk-duduk menikmati suasana.
[caption id="attachment_415058" align="aligncenter" width="400" caption="Riverside Park di Tepian Sungai Cikapundung (Foto: Alee)"]
[/caption]
[caption id="attachment_415059" align="aligncenter" width="400" caption="Para Pelajar dan Relawan KAA Gladi Resik di Riverside Park (Foto: Alee)"]
[/caption]
Saat penulis ke sana, taman tersebut ramai oleh remaja yang sedang melakukan gradi resik untuk penutupan rangkaian acara peringatan KAA ke-60. Mereka nge-dance di antara air mancur yang tiba-tiba mancur dan ikut menari-nari.
Tidak jauh dari Riverside Park, tepatnya di situs bekas Penjara Bung Karno Bancey pun terkena gelombang peringatan KAA ke-60. Pada situs yang selama ini seolah terabaikan karena letaknya berada di dalam kompleks pertokoan Bancey terlihat sedang dipercantik.
Akses masuk situs yang dahulu hanya dari dalam kompleks pertokoan, sekarang diberi akses dari Jalan Bancey Bandung. Belum benar-benar jadi, tetapi cukup memberi harapan baik, jika situs tersebut ke depan lebih mudah diakses dan diketahui keberadaannya.
Dari pintu masuk hingga ruang penjara, dindingnya dihiasi informasi perjalan Bung Karno dalam memperjuangkan negeri ini. Info grafik yang mudah dibaca dan ditelaah para pengunjung situs.
[caption id="attachment_415060" align="aligncenter" width="350" caption="Ruang Penjara Bung Karno di Jalan Bancey Bandung (Foto: Alee)"]
[/caption]
Sekadar informasi, Penjara Banceuy dibangun pada tahun 1877 oleh Pemerintah Belanda. Ada dua macam sel ada di sana; sel lantai atas untuk tahanan politik dan sel lantai bawah untuk tahanan rakyat jelata. Luas setiap sel sangat sempit, berukuran 1,5 x 2,5 meter sehingga menjadi titik tolak sebagai bangunan bersejarah.
Pada tanggal 29 Desember 1929, Bung Karno bersama Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja (Aktivis Partai Nasional Indonesia [PNI] pada masa itu) ditangkap di Yogyakarta dan dijebloskan dalam penjara Banceuy selama kurang lebih delapan bulan atas tuduhan pemberontakan dan dijerat pasal-pasal Haatzai Artikelen (Delik pidana karena menyebarkan perasaan permusuhan, kebencian, atau pun penghinaan terhadap penguasa negara).
Nah, dalam penjara yang sangat sempit inilah Bung Karno menyusun pidato pembelaan yang dibacakan dalam sidang pengadilan diGedung Landraad, di Jalan Perintis Kemerdekaan Bandung. Pidato pembelaan tersebut kemudian dikenal dengan Indonesia Menggugat. Gedung tersebut pun sekarang diberi nama Gedung Indonesia Menggugat.
Pada tahun 1983 Penjara Banceuy dibongkar untuk dijadikan kompleks pertokoan. Penjara dipindahkan ke Jalan Soekarno-Hatta Bandung. Sebagai bentuk pengingat sejarah, menara pos penjaga dan sel tempat Bung Karno dipenjara tidak dibongkar.
Dalam penjara tersebut tersimpan benda-benda yang dahulu pernah digunakan Bung Karno seperti papan untuk tidur, bantal dari karung goni, selimut, pispot, dan penerangan seadanya. Sementara di luar penjara ada sumur untuk mandi, tetapi sekarang sumur sudah tidak ada lagi.
[caption id="attachment_415061" align="aligncenter" width="400" caption="Tempat Tidur Bung Karno dalam Penjara Bancey Bandung (Foto: Alee)"]
[/caption]
[caption id="attachment_415062" align="aligncenter" width="400" caption="Foto Bung Karno, Lambang Garuda, dan Teks Pancasila dalam Ruang Penjara Bung Karno (Foto: Alee)"]
[/caption]
Sebagai penghormatan, dalam bekas penjara tersebut dipasang foto Bung Karno, Burung Garuda, Teks Pancasila dengan ejaan lama, sebuah bendera, serta buku dan koran terbitan lama yang memberitakan pidato pembelaan Bung Karno.
Di atas pintu penjara yang terbuat dari besi berwarna hitam, ada foto Bung Karno waktu masih muda dan keterangan keberadaan Bung Karno yang dipenjara sejak tanggal 29 Desember 1929 hingga Desember 1930.
Sekarang, tepat di belakang bekas ruang tahanan Bung Karno, ada patung seorang laki-laki sedang duduk. Tangan kanannya memegang pena dan tangan kirinya memegang sebuah buku. Patungperunggu berwarna kuning gelap tersebut seolah-olah sedang berpikir hendak menulis sesuatu yang sangat penting. Patung siapa lagi kalau bukan patung Bung Karno.
[caption id="attachment_415064" align="aligncenter" width="385" caption="Patung Perunggu Bung Karno Melambangkan Spirit Perjuangan (Foto: Alee)"]
[/caption]
Patung dengan berat kurang lebih 150 kilogram tersebut dibuat sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Proklamator.Dirancang oleh seorang perupa lulusan Seni Rupa ITB tahun 1960, Profesor Surya Pernawa selama kurang lebih tiga bulan.
Patung yang menunjukan spirit Bung Karno demi kemerdekaan negeri ini. Spirit yang ditunjukan untuk mengingatkan generasi mendatang agar menjadi generasi yang penuh dengan spirit perjuangan yang tanpa mengenal kata menyerah.
Mau ke Bandung? Jangan lupa berkunjungke situs bekas penjara Bung Karno inisejenak karena sel nomerlima Penjara Bancey ini sudah menjadi bagian dari saksi bisu sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Merdeka! []
@KreatorBuku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H