Aktivitas mudik memang menjadi sebuah hal yang biasa dilakukan orang yang tinggal di perantauan untuk kembali ke kampung halaman. Bahkan menjadi sebuah tradisi orang Indonesia ketika mendapat libur panjang yang puncaknya menjelang hari raya Idul Fitri. Namun semua aktivitas normal yang biasa dilakukan terhambat dengan masalah pandemi Covid 19 yang hampir di semua penjuru negeri.
Dalam situs resmi WHO (World Health Organization) Covid 19 ini yang diyakini dapat menyebar dengan cepat melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk. Untuk mencegah dan memperlambat penyebaran virus corona (COVID 19) dianjurkan agar semua orang melakukan sosial distancing atau pembatasan sosial diberlakukan.
Dari permasalahan yang ada, tentunya ada kekhawatiran banyak orang terdampak dari virus corona. Kekhawatiran itu bertambah ketika seiring adanya libur panjang karena pandemi corona, jutru banyak orang melakukan aktivitas mudik. Ditakutkan semua orang yang mudik membawa virus dari tempat asal ke kampung halaman sehingga membuat panik warga di kampung. Itu terbukti dari adanya pemberitaan selasa (31/03/2020) Bupati Garut mengungkapkan satu warganya positif Covid-19, ternyata pemudik dari Jakarta.
Mayoritas pekerjaan di kampung adalah buruh tani yang biasa sehari-hari menanam kebutuhan pokok berupa padi, jagung, sayur-sayuran dan buah-buahan. Adapun permasalahan yang akan terjadi jika warga di kampung terinfeksi virus corona dan menyebabkan jatuh sakit maka tidak ada yang sanggup untuk mengurus kebun dan sawah. Justru yang lebih parah adalah kebutuhan pokok yang biasa dimakan sehari-hari tidak ada dan bahkan bisa mengakibatkan kelaparan.
Sebagai warga yang baik tentu harus belajar dari permasalahan dan kesalahan. Adanya beberapa daerah yang warganya yang positif corona diakibatkan pemudik yang datang dari daerah zona merah harus menjadi perhatian lebih. Bukan dalam artian seseorang yang ingin melepas rindu dengan keluarga tidak diperbolehkan bertemu, tapi harus bisa menahan sementara untuk tidak mudik selama masa pandemi corona ini berakhir. Bentuk rasa sayang dan rindu kepada keluarga di kampung halaman harus bisa diganti dengan hal yang lebih bijak dengan menahan untuk tidak mudik ke kampung halaman.
Menahan untuk tidak mudik seakan menjadi solusi yang harus ditempuh agar bisa melindungi orang-orang tersayang yang berada di kampung daripada mudik tapi membuat keluarga, kerabat bahkan tetangga di kampung yang harus rela terinfeksi dari virus corona. Upaya dari kesadaran pribadi untuk menahan mudik adalah satu sumbangsih diri kita untuk bisa memberikan kebaikan untuk orang lain. Dengan kata lain kita bisa menyelamatkan kondisi yang hari ini terjadi karena virus corona untuk bisa mencegah penyebaran ke beberapa wilayah yang sebelumnya belum terinfeksi virus corona (COVID 19).
Semoga pandemi virus corona (COVID 19) yang melanda negeri dan seluruh penjuru dunia dapat segera berakhir dan bisa menjalankan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H