Lihat ke Halaman Asli

Damara Puteri S

Self healing by writing

Literasi Wajib bagi Pemuda Milenial

Diperbarui: 21 April 2022   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!"

...adalah ungkapan yang tidak asing bagi rakyat Indonesia. Sebegitu greget pemuda di mata beliau sehingga bukan uang, emas, ataupun materi lainnya yang beliau minta untuk bisa mencetak sejarah baru peradaban dunia. Sumpah Pemuda menjadi ikrar suci kaum pemuda-pemudi Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Perjuangan berat nan panjang itu pun membuahkan hasil. Yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat penuh untuk menentukan nasib tanpa campur tangan bangsa dan/atau negara lain.

Menurut UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, disebutkan bahwa yang dimaksud "pemuda" adalah WNI yang berusia 16 sampai 30 tahun (Pasal 1). Disampaikan pula pada Pasal 17 ayat 2 bahwa pemuda berperan aktif sebagai kontrol sosial yang salah satu perwujudannya adalah dengan membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum.

Dari pernyataan Bung Karno yang menggelora tentang betapa hebatnya kekuatan pemuda dan penjelasan mengenai siapa dan apa peran aktif pemuda bangsa khususnya bangsa Indonesia, kita bisa menyimpulkan bahwa kawula muda usia 16-30 tahun memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Untuk itu, pemuda harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap hal-hal yang bertentangan dengan nilai kebenaran yang terjadi di lingkungannya agar bisa mengambil sikap kritis yang tepat. Termasuk mereka yang dijuluki "pemuda milenial".

Oleh banyak pakar, istilah "generasi milenial" adalah mereka yang lahir pada tahun 1980-1990 atau pada awal tahun 2000. Jika Anda lahir pada tahun 2000, maka pada tahun 2019 ini, Anda termasuk kategori pemuda milenial karena berusia 19 tahun. Dan itu berarti, tanggung jawab untuk menjadi kontrol sosial di lingkungan Anda sudah sepenuhnya ada di pundak Anda.

Banyaknya informasi yang bertebaran di berbagai media sosial (WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, dsb) menjadi tantangan berat yang harus dihadapi oleh pemuda milenial. Saking banyaknya informasi yang bertebaran, cukup sulit untuk mengetahui mana informasi yang benar dan mana yang salah. Sehingga, ancaman terpapar virus hoaks alias berita bohong akan selalu mengintai kaum milenial.     

Dampak dari terpaparnya virus hoaks pada kaum milenial ini cukup mengerikan. Kenapa? Ingat, sepanjang sejarah peradaban manusia, pergerakan yang dilakukan oleh para pemuda adalah yang paling masif dan cukup berpengaruh. Pergerakan perubahan akan menghasilkan kemajuan bila dilandaskan atas kebenaran yang berasal dari pengolahan obyektif dan matang atas data-data dan informasi yang benar yang didapatkan. Pun berlaku sebaliknya. Pergerakan perubahan pemuda milenial akan mengantarkan kita pada kehancuran kehidupan bermasyarakat bila landasan pergerakan justru bersumber dari data dan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan rasional.

Literasi adalah salah satu solusi efektif dalam memerangi berita/informasi hoaks yang mengguyur kaum milenial. Jika boleh penulis katakan, literasi seharusnya menjadi skill yang wajib dikuasai pemuda milenial terutama untuk menjalankan perannya sebagai kontrol sosial yang mengharuskan bersikap kritis termasuk kritis dalam menerima informasi sebagai kebenaran obyektif. Yang mana informasi tersebut akan dijadikan landasan dalam mengambil suatu keputusan pemikiran maupun tindakan agar bisa berdampak pada kemajuan masyarakat.

Definisi yang dijelaskan National Institute for Literacy terkait Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sedangkan menurut KBBI Daring mendefinisikan Literasi sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Berdasarkan dua pengertian tentang Literasi di atas, bisa ditarik benang merahnya. Bahwa Literasi adalah sebuah kemampuan individu untuk mengolah informasi. Yakni memahami, melibati, dan menganalisis teks maupun visual berupa gambar, video, dan adegan/realitas. Tanpa kemampuan ini, pemuda milenial akan kesulitan menentukan mana informasi yang benar dan yang hoaks sebagai pijakan pengambilan keputusan pergerakan perubahan. Sehingga Literasi memiliki tujuan mendapatkan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan rasional sebagai dasar/landasan pemecahan masalah di berbagai bidang sektor di masyarakat.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline