Lihat ke Halaman Asli

Analgin Ginting

Penulis dan Motivator Level 5

Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan Adalah "Juru Minum yang Siap Mati Demi" Presiden Joko Widodo

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jenderal  Purnawirawan Luhut Panjaitan selalu menjadi perbincangan.  Dia adalah Jenderal  Bintang empat di Angkatan Darat yang tidak pernah menjadi Panglima meskipun dia pernah menjadi Komandan Korem terbaik.  Dia tidak diangkat menjadi Panglima karena kecerdasannya dan loyalitasnya dicurigai penguasa saat itu. Pada hal sebenarnya Luhut  tidak mempunyai pikiran dan jiwa untuk menyaingi apalagi menyingkirkan atasannya.

Luhut selalu menjadi yang terbaik, karena karakter itu lah yang tertanam dalam proses pembentukan jati dirinya.  Dilihat dari pengalamannya dalam dunia militer, keberhasilannya sebagai Duta Besar di Singapura, keberhasilannya  sebagai pebisnis, sebagai politisi, bahkan keberhasilannya dalam membina keluarga serta kedekatannya dengan siapa saja menunjukkan bahwa seorang Luhut Panjaitan adalah seorang pribadi yang mempunyai karakter pembelajar dengan kompetensi yang sangat mumpuni dalam berbagai bidang.

Luhut sangat berhasil sebagai militer, bukan saja karena dia merupakan lulusan terbaik Akabri tahun 1970, namun juga karena terlihat dalam rekam jejaknya setelah itu. Keberhasilanny dalam memperbaiki hubungan Indonesia dengan Singapura  tatkala dia menjadi Duta Besar disana menegaskan bahwa kompetensinya tidak hanya dalam dunia milliter.  Lalu ketika dia  diangkat menjadi Menteri Perindustrian saat  masih jenderal aktif  dalam kabinet Abdurrachman Wahid, dan ketidakbersediannya  untuk tetap menjadi menteri dalam kabinet Megawati Soekarno Putri demi menghormati Gus Dur memperlihatkan sekaligus kapabilitas dan loyalitasnya kepada pimpinannya.

Dia juga sukses menjadi orang tua.  Mempunyai anak yang aktif di militer dan menantu yang menjadi komandan di Kopassus, sukses secara sosial karena dekat sekali dengan tokoh tokoh adat Batak dan pemimpin Gereja Batak.   Juga dekat dengan para seniman/penyanyi  Batak.  Saya sendiri pertama sekali bertemu dengan Luhut Panjaitan dalam salah satu  pagelaran music Batak  “ Toba Dream” pada tahun 2004.

Jika sekarang dia berada dalam Ring 1 pemerintahan Jokowi  sebagai Kepada Staf  Kepresidenan  maka publik tidak perlu heran.  Karena dia memang mempunyai segudang prestasi dan sangat ahli dalam hal strategi serta cepat sekali membaca, memetakan, menganalisa , serta memproyeksikan sesuatu, bahkan menciptakan situasi ke depan.  Proses terpilihnya dia menjadi salah seorang kepercayaan Jokowi ter jadi begitu cepat, diawali dengan keputusannya mundur sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar.

Cara Luhut membuat keputusan yang selanjutnya menempatkan dia dalam lingkungan terdalam RI 1, selain dikagumi banyak pihak juga  menimbulkan dugaan bahwa dia adalah satu dari Trio Macan yang yang membuat akses PDIP dan Megawati kepada Presiden Jokowi seolah terbendung.  Tuduhan ini belakangan dibantah oleh Luhut Panjaitan (Kepala Staf Kepresidenan), Andi Widjajanto (Menteri Sekretaris Kabinet)  dan Rini Soemarno (Menteri BUMN).

Sebagai Kepala staf Kepresidenan yang kedudukannya setingkat menteri maka peranan Luhut sangat vital, dan sangat menentukan, karena boleh jadi dia lah yang mengkomandoi seluruh pekerjaan dari semua menteri dan semua pejabat Negara.  Dia juga lah yang akan mengevaluasi seluruh kinerja para pembantu presiden, baik sipil maupun militer, baik bidang  ekornomi maupun hukum, baik perencanaan maupun eksekusi, baik sosial maupun bidang keagamaan, baik lokal maupun global, baik prestasi dalam negeri maupun luar negeri.  Dengan kata lain, hamper seluruh permasalahan atau bidang pekerjaan yang ada, melaui Luhut Panjaitan  lah salurannya sebelum sampai kepada Presiden Jokowi atau Wakil Presiden Jusuf Kalla.  Untuk mensukseskan peranannya ini maka dapat dipahami bahwa Luhut Panjaitan akan selalu berada dekat dengan Presiden Jokowi.

Pertanyaannya adalah ; mengapa Luhut yang diangkat menjadi Kepala Staf Kepresidenan yang sangat istimewa dan sangat krusial ini.  Saya melihat alasannya bukan lagi karena wawasan dan kompetensi Jenderal (Purn)  Luhut Panjaitan yang sangat tinggi, namun lebih karena Presiden JOkowi  sendiri yang mempunyai trust atau sangat percaya kepada Luhut Panjaitan.  Chemistry dan rasa yang dirasakan oleh Presiden  JOkowi  yang membuat dia sangat percaya, sangat yakin, senang, serta kagum terhadap seluruh pribadi, karakter dan cara berkomunikasi Luhut Panjaitan.

Saya melihat dekatnya hubungan Jenderal  (Purn) Luhut Binsar Panjaitan dengan Presiden Joko Widodo bukan disebabkan oleh berhasilnya  strategi  politik salah satu atau dua duanya, namun kedekatan mereka diciptakan karena rasa suka akan  gaya komunikasi, kepribadian dan karakter (kejujuran, visi, integritas) yang selanjutnya melahirkan rasa percaya yang sangat mendalam.  Jokowi sebagai Presiden membutuhkan seorang pembantu yang paling dipercayainya sebagai teman pertama sekaligus terakhir berdiskusi sebelum mengekskusi keputusan, Luhut Panjaitan sebagai pembantu membutuhkan seorang atasan, seorang raja, seorang presiden untuk tempatnya mengabdi dengan seluruh jiwa raganya.  Maka kloplah pertemuan antara Joko Widodo dan Luhut Panjaitan.

Dalam Alkitab Perajanjian Lama ada sebuh kisah yang mirip dengan hubungan Luhut Panjaitan dengan Presiden Joko Widodo, yaitu kisah Nehemia.  Nehemia adalah orang kepercayaan Raja Babel yang tugasnya memerikasa seluruh makanan dan minuman raja.  Apapun yang akan diminum dan dimakan oleh raja akan diperiksa terlebih dahulu oleh Nehemia, apakah higienis atau tidak atau beracun atau tidak.  Sebagai juru minum Raja, maka Nehemia harus setiap saat mencicipi dulu  makanan raja, atau meminum dulu minuman raja.  Dan jika seandainya dalam makanan atau  minuman raja ada racun, maka Nehemialah yang kena racun terlebih dahulu. Dengan cara ini lah Raja saat itu yang bernama Artahsasta diselamatkan oleh pembantunya yang sangat setia.

Nehemia bukan hanya seorang Juru Minum yang tidak mempunyai ketrampilan lain, namun sebaliknya Nehemia adalah seorang pemimpin yang sangat handal terbukti dengan kemampunannya menggalang kekuatan sera mengantisipasi dan menanggulangi  pemberontakan saat pembangunan tembok dan rumah ibadat.  Bahkan sampai sekarang pun karakter Nehemia dijadikan sebagai inspirasi serta karakter kepemimpinan secara luas.

Luhut Panjaitan adalah Nehemia yang tidak akan pernah berkhianat kepada atasannya atau hanya mementingkan dirinya sendiri.  Bagi Luhut Panjaitan prestasi tertinggi peranannya sebagai Kepada Staf Kepresidenan adalah kesuksesan Presiden Jokowi mempimpin  Republik Indonesia tercinta.  Luhut Panjaitan adalah seorang Kristen taat yang loyalitas tertingginya adalah kepada Tuhannya yang dia wujudkan dan aplikasikan melalui loyalitasnya kepada atasannya yaitu Presiden Joko Widodo.  Luhut Panjaitan  adalah teman terlama dan teman terakhir Presiden Joko widodo berdiskusi dalam mengambil keputusan keputusan yang  paling penting.  Sebab Luhut Panjaitan adalah orang yang bersedia menjadi juru minum Presiden Jokowi, yang siap mati demi mengamankan sang atasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline