Lihat ke Halaman Asli

Sary Hadimuda

Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pengajar

Cegah Penyakit Ginjal Sejak Dini

Diperbarui: 14 Januari 2019   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Kompas Lifestyle

Sebelumnya saya haturkan banyak terima kasih kepada dr. Gia Pratama yang sudah membagikan ilmu perihal penyakit batu ginjal, gejala dan pengobatannya melalui thread di twitter. Beliau mengingatkan saya dengan salah satu kompasianer yang berprofesi sebagai dokter juga, yakni dr. Wahyu Triasmara yang selalu membagikan pengetahuannya melalui tulisan. Sayang sekali sepertinya dokter Wahyu sudah vakum menulis semenjak tahun lalu.

Saya langsung me-retweet postingan dokter Gia sebab kakak saya juga baru melakukan operasi (besar) pengangkatan batu ginjal tanggal 8 bulan oktober kemarin di rumah sakit umum Sengkang provinsi Sulawesi Selatan. Saya sendiri hanya mengikuti perkembangannya dari sini (Sorong). Dikatakan operasi besar karena yang dilakukan adalah membela perut bagian depan. Kalau operasi kecil berarti memasukkan alat beserta kamera lewat saluran kencing kata dokter Gia.

Kakak saya seorang laki-laki berusia 37 tahun. Batu ginjal sudah dialaminya semenjak tahun 2011. Waktu itu kabarnya ia kencing darah dan ada batu yang keluar sebesar telur cicak. Penyebabnya saya tidak tau pasti karena kami beda kota dan jarang berkabar.

Dari operasi besar di bulan oktober itu baru saya tahu kakak terkena batu ginjal karena sering menahan kencing. Sebelumnya ia bekerja sebagai kernet bus pariwisata di Jawa selama 2 tahun. Rutenya dari Jakarta, Yogya, Surabaya, dan terakhir di Bali. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan dalam bus. Kendaraan ini akan terus melaju membawa penumpangnya dan hanya mau berhenti di tempat persinggahan untuk sekedar isi perut atau buang hajat (Saya tahu karena sering melakukan perjalanan dari Makassar-Masamba menggunakan bus selama 10 jam).

Kakak saya berarti duduk berjam-jam menahan kencing dalam bus. Pasti ia tidak menyangka bahwa yang dilakukannya hampir tiap hari itu berdampak fatal setelah kembali ke kampung halaman. Nyeri di perut mulai terasa. Mau kencing pun air seni tak mau keluar. Setelah dipaksa ada satu batu yang keluar. Kencingpun lancar. Namun hanya selang beberapa jam, saluran kemihnya tersumbat lagi. Ternyata tidak hanya ada satu batu. Saking sakitnya menahan sakit, ada yang mengira ia sudah gila karena teriak-teriak.

Batu ginjal kakak saya| dok.pribadi

Kisah lain akibat dari sering menahan kencing datang dari sahabat saya. Ia bercerita bahwa adik dari temannya meninggal karena terkena penyakit ginjal. Padahal usianya masih remaja. Masih duduk dibangku SMA. Ia sering menahan kencing karena di pesantren, kamarnya ada di lantai 3. Setiap malam ia enggan ke kamar kecil yang ada di lantai dasar. Lelah mungkin naik turun tangga. Gadis itu pun baru ke kamar kecil menjelang subuh.

Terakhir, dari dosen saya semasa kuliah di tahun 2013. Beliau menuturkan kalau penyebab penyakit ginjal yang dialaminya adalah karena sering berlama-lama duduk di ruangan ber-AC. Beliau tidak merasakan haus sehingga jarang minum air. Setelah melakukan operasi, saya nampak beliau meletakkan satu karton air mineral botol 600 ml di bawah meja kerjanya. Seolah disindir pepatah (mohon maaf) "penyesalan selalu datang dari belakang."

Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa 2 hal penting yang dapat mencegah penyakit ginjal yaitu dengan minum air secukupnya dan tidak menahan kencing. Menurut dokter Gia, usahakan minum air putih 40 cc/kgBB, artinya berapa berat badan tubuh, itulah yang dikali dengan 40 cc dan harus masuk dalam tubuh dalam 24 jam. Misal berat badan saya 55 kg, berarti saya harus konsumsi air putih sebanyak 2.200 cc.

Pepatah bijak lagi mengatakan bahwamencegah lebih baik daripada mengobati. Mari kita sama-sama cegah penyakit ginjal sebab ia tak hanya menyerang orang dewasa. Kakak saya sendiri begitu pulih dari operasi, langsung terbang ke Sorong dan membawa 2 batu ginjal sebesar biji kacang tanah dari operasinya. Seolah ingin mengingatkan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitar bahwa cukup sudah yang dialaminya waktu itu.

Dari Sorong Papua Barat
Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline