Sebelum masuk pada artikel saya, pertama-tama perkenalkan nama saya muhammad riski al ghifari atau biasa dipanggil alghi berasal dari surabaya, jawa timur. saya adalah salah satu mahasiswa program studi ilmu komunikasi aktif perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, yaitu Universitas Ahmad Dahlan. Eits sebelum lanjut, saya panjatkan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa atas perlindungan dan kesehatan dimasa pandemi Covid-19 saat ini. Dan semoga teman-teman juga dalam lindungan tuhan yang maha esa..... Aaamiiiinn.... yuk lanjut gaskeeeenn!! :D
Pada Film The Social Dilemma yang disutradarai oleh Jeff Orlowski sedikit menimbulkan pro dan kontra, pasalnya dalam film tersebut memberikan gambaran betapa kejamnya dunia internet atau sosial media.
Film The Social Dilemma merupakan Film Dokumenter yang menjelaskan latar belakang sistem kerja dari sosial media dan internet, didalam film tersebut menayangkan beberapa wawancara dengan mantan karyawan ataupun orang penting dalam suatu platform media sosial seperti : Facebook,Instagram,Twitter, dan Pinterest. Serta beberapa guru besar ataus dosen dan professor dari universitas terkemuka.
Pada awal scene setiap narasumber diwawancarai apa masalah yangs ering terjadi dalam beberapa platform media sosial tersebut, dan jawabannya hampir sama rata.
Didalam "The Social Dilemma" kita diberitahu bahwa semua yang kita lakukan di internet itu diawasi,dilacak, diukur. Bahkan setiap yang kita lakukan didalam sosial media dipantau dan direkam secara hati-hati. Misalnya, kita melihat gambar dan berapa lama kita melihat gambar tersebut terekam dan terpantau secara jelas. Jadi semua data yang diberikkan setiap saat dimasukkan kedalam sistem yang nyaris tidak diawasi oleh manusia yang membuat prediksi makin membaik tentang apa yang kita lakukan dan siapa kita.
Media sosial bukan alat yang menunggu untuk digunakan, media sosial memiliki tujuan dan cara tersendiri untuk memperolehnya seperti menggunakan psikologi kita untuk melawan kita
"There are only two industries that call their costumers 'Users': Illegal Drugs and Software". (Edward Tufte)
Jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia memiliki arti sebagai berikut :
"Hanya ada dua industri yang menyebut pelanggan mereka 'Pengguna': Narkoba dan Perangkat Lunak". (Edward Tufte)
Mengapa sosial media membuat kecanduan? Berikut sedikit penjelasan mengenai kecanduan media sosial :
Menurut DR. Anna Lembke seorang direktur medis obat kecanduan asal Stanford University School of Medicine : Media sosial adalah narkoba, maksudnya kita memiliki perintah biologis dasar untuk terhubung dengan orang lain. Itu secara langsung memengaruhi pelepasan dopamin dalam "jalur kenikmatan". Jutaan tahun evolusi berada dibalik sistem itu untuk membuat kita berkumpul dan hidup di komunitas, mencari pasangan, dan menyebarkan spesies kita. Jadi, tak diragukan lagi medium seperti media sosial yang mengoptimalkan hubungan antar orang ini akan memiliki potensi kecanduan.