Lihat ke Halaman Asli

Monash Bukan Monas, karena Kami Bukan Monumen

Diperbarui: 6 Desember 2024   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Lulus sekolah dasar, tidak bingung melanjutkan jenjang selanjutnya. Sudah pasti aku masuk ke salah satu smp favorit se kecamatan. Kebanyakan teman-temanku pun melanjutkna sekolah disana sebab aksesnya yang dekat ke berbagai daerah. Prestasi dari peserta didik sekolah tersebut pun tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, papa menyetujui aku sekolah disana. Aku rasa sih karena papa ngga mau aku sekolah di madrasah saja, mungkin takut anaknya kepanasan setiap hari dengerin lantunan ayat suci. Padahal di smp juga tiap pagi dengerin dan baca asmau husna. Kepanasan? Iya, tapi bukan karena itu.... ada alasan lain nanti diceritain dah yak.

MONASSH, nama geng ahaha.. sebenarnya ngga sengajak bikin geng. Kebetulan saja orang-orangnya satu ordo semua jadi bisa nyambung. Terdiri atas Moesnika, Nada, Selly, Sri, dan Hana. Singkatannya memang maksain banget sih.

Pertemanan kami dimulai dari kelas 7 SMP, sekelas di 7G. Sebenarnya, semua anak di kelas ini kocak. Akan tetapi, yang kemiringan otaknya dapat dimaklumi hanya mereka saja.

Nada, member yang terlihat paling terawat dengan kulit putihnya dan rambut lurus. Meskipun, tinggi badannya yang paling gemas diantara yang lainnya.

Selly, paling lemes (karena dia punya riwayat penyakit asma, gampang ketawa bahkan karena hal-hal random, dan kayaknya dia juga yang paling puber diantara lainnya wkwkw)

Hana, paling galak dan paling gampang ngambek. Tapi dari semuanya, Hanna paling normal dan rasional dalam berpikir sehingga kami dapat terarahkan menjadi pribadi yang lebih (baik), yang nyatanya tetap begitu-begitu saja.

Sri, Nah ini... member paling ngakak kalau ketawa, pinter ngaji, indigo, dan konsultan cinta parah.

And the last alien... Musnika, sesosok manusia yang jarang mandi dengan alasan sedang berupaya menyelamatkan masalah krisis kekurangan air bersih, random, suka pelajaran olahraga, dan suka ketawa.

Lagu kesukaan kami adalah James Brow yang berjudul I Feel Good. Pada kerandoman, kami akan naik ke salah satu bangku dekat lapangan sekolah dan menyanyikan lagu itu selepas olahraga. Pak Barnam guru olahraga paling kekar hanya bisa geleng-geleng melihat kelakukan kami yang sangat anggun.

Persahabatan kami juga tidak lepas dari cerita mistis, suatu waktu menjelang penilaian akhir semester. Kami memutuskan belajar bersama di saung dekat rumah Sri. Saung itu kayak rumah-rumahan kecil yang letaknya ditengah sawah.

Benar, belajar itu hanya kamuflase dari aktifitas main. Belajar juga sih tapi ngga banyak. Setiap hal kami tertawakan, sampai tawa kami membahana terbawa angin. Sepertinya organisme penghuni sawa itu juga terganggu akibat kami. Sebab, penghuni makhluk halus saja sampai terganggu. Saat itu sri tiba-tiba saja terdia, menjelang pukul 5 sore kami pulang ke rumah masing-masing. Sri mengabari bahwa di rumahnya diadakan pengajian yasinan akibar arwah di saung terganggu akibat kami berisih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline