Lihat ke Halaman Asli

Alfredsius Ngese Doja Huller

Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Saya Bisa Apa: Refleksi Hari Lingkungan Hidup

Diperbarui: 4 Juni 2022   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerusakan lingkungan disebabkan penebangan pohon/sumber: bisnisasia.co.id

Tepat pada tanggal 5 Juni, dunia memperingati hari lingkungan hidup. Lantas apa yang perlu dilakukan agar bumi tempat tinggal kita ini menjadi tempat yang nyaman bagi kehidupan dan kesehatan. Saya sendiri sangat pesimis dengan kemampuan dan usaha yang dapat saya berikan untuk menjaga lestarinya alamku.

Saya merasa usaha saya tidak akan memiliki makna sedikit pun atau efek yang berarti bagi alamku. Hal ini setelah melihat  fenomena yang terjadi di desaku sendiri. Aku seolah tidak mampu melakukan gerakan kesadaran tentang pentingnya lingkungan hidup. Orang tuaku mencari sesuap nasi dan untuk menyekolahkan kami harus bekerja di perusahaan kayu. Sebuah perusahaan yang menebangi pohon-pohon raksasa di Kutai Timur khususnya kecamatan Rantau Pulung. Sampai perusahaan itu tutup kira-kira pada tahun 2005 karena sudah tidak ada kayu yang dapat diproduksi. Semua telah habis ditebang.  

ilustrasi: Mobil untuk mengangkut kayu log. sumber:dokpri-

Kemudian kini di desaku yang baru, kecamatan Kaliorang. Ada belasan perusahaan yang hadir dengan menebang puluhan bahkan ribuan hektar hutan untuk dijadikan lahan sawit. Aku tidak bisa dan berani secara terang-terangan mengutarakan ideku untuk mengatakan ini dan itu. Banyak saudara dan kerabat serta keluargaku yang kerja di sana. Mereka harus bekerja di perusahaan agar dapat menyekolahkan anaknya dan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.

Luasnya area perkebunan sawit/sumber: agricoputra.com

Belum lagi perusahaan tambang batu bara. Salah satu perusahaan batu bara terbesar yang ada di Indoensia. Ada di kabupaten tempat saya tinggal dan di kecamatan kaliorang ada salah satu perusahaan batu bara dari beberapa perusahaan tambang yang ada. Hadirnya perusahaan ini memberikan sumbangsih yang besar bagi warga. Dampak positifnya warga desa setempat memperoleh lapangan pekerjaan, hidup terjamin, mewah, dan menyenangkan. Gaji yang ditawarkan boleh dibilang lumayanlah. Lagi hidup masyarakat sudah mulai berubah, yang dulunya rumah-rumah warga masih beralas dinding putih yang seragam dari ujung ke ujung (rumah transmigran) sekarang sudah nyaris tidak ada lagi. Hal ini mau menunjukkan bahwa perekonomian warga setidaknya sudah semakin baik dengan adanya perusahaan sawit dan tambang. Anak mudanya yang bekerja ditambang paling kurang memiliki motor bahkan ada yang sanggup beli mobil sendiri dari hasil kerjanya.

Ini beberapa contoh dampak positif yang dialami oleh warga setempat. Selain dampak positif tentunya dengan hadirnya perusahaan tersebut, ada juga dampak negatifnya. Dengan adanya perusahaan batu bara kabupaten Kutai Timur yang dulunya terkenal sebagai kota tercinta kini tinggal kenangan. Justru dikenal dengan kota debu. Kalau saudara/i tidak memakai masker dan helm maka akan ada masker alami yang membuat kulit kita semakin kuning.

Perubahan yang paling signifikan yang dirasakan yaitu sungai-sungai mulai surut, sudah nyaris seperti parit. Hutan, ya pasti banyak dibabat habis dan digantikan dengan tanaman sawit yang super duper menyedot air. Hanya untuk informasi saja, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang paling banyak menyedot air. Ini berdasarkan pengalaman saja, jika kita menanam pohon kelapa sawit di dekat aliran air, apalagi alirannya itu kecil maka bukan tidak mungkin bahwa aliran tersebut akan kering atau minimal semakin surut yang jelas akan semakin tampak perbedaannya.

Hutan-hutan banyak ditebang selain untuk pembangunan jalan baru, namanya perusahaan tambang batu bara, maka hutannya harus ditebang lalu di bom.

Lantas melihat fenomena ini saya cukup diam saja. Saya tidak sanggup mengatakan apa-apa lagi. Tidak mampu berbuat apa-apa. Hanya mampu menjadi penonton orang-orang yang asyik bekerja demi kebutuhan hidup walau merusak lingkungan. Ya, mau bagaimana lagi. Itu bukan salah mereka, mereka hanyalah rakyat kecil yang harus bekerja supaya bisa hidup.

Saya mau memberi edukasi tentang mari merawat bumi dengan menanam pohon. Apa mungkin. Pohon di desaku banyak yang ditebangi oleh perusahaan-perusahaan sawit dan batu bara dan karenanya masyarakat banyak memperoleh kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline