Hidup adalah perubahan dan tidak ada sesuatu pun yang tidak berubah, artinya bahwa semua yang ada di bawah kolong langit ini tunduk pada hukum perubahan. Barang kali argumentasi ini sudah tidak asing lagi ditelinga para pembaca yang budiman.
Kerap kali para motivator dan orang-orang sukses menyuarakan ini dimana-mana, seolah-olah semua orang harus tahu dan paham sebelum menyesal karena ketidaktahuannya itu. Hidup di dunia ini tidak ada sesuatu hal pun yang patut sangat disayangi seolah-olah menjadi milik selamanya, nyawa manusia sekalipun.
Apa yang selama ini ada pada diri kita masing-masing merupakan aksiden atau hanya sekedar menempel pada diri ini bukan merupakan eksistensi yang hakiki. Oleh karena itu sudah saatnya di dunia digital yang serba instan ini semua orang sadar akan keberadaannya di dunia. Sebab kerap kali dengan tawaran-tawan duniawi membuat manusia lupa akan hakikat dari keberadaannya.
Manusia dengan semua potensi yang ada berusaha mencapai kebahagiaan indrawi, yakni kekuasaan, kehormatan, kekayaan, pangkat, barang-barang mewah agar keberadaannya diakui, dimaknai, dihargai, dicintai dan disayangi oleh semua orang. Pada titik ini orang sudah sedikit keliru dalam memandang hidup yang sebenarnya hanya sekedar lewat saja.
Saudara-saudara saya orang Jawa biasanya mengatakan bahwa "urip iku mampir ngombeh" yang artinya kurang lebih hidup itu hanyalah mampir minum. Sebagai seorang manusia kita harus berani meninggalkan, berani kehilangan dan berani berubah dengan suatu pemahaman hidup yang benar atau memiliki cara pandang yang benar tentang realitas hidup.
Dalam pembahasan kali ini. Saya mencoba menyampaikan sepercik air segar tentang hukum perubahan jika dilihat dari sudut pandang filsafat kosmologi. Filsafat itu sendiri jika dipahami dari segi isinya tujuannya adalah untuk mengetahui dan menjelaskan keseluruhan ada dan kejadian dalam alam semesta.
Permenungan filosofisnya hendak mencari prinsip, hakikat dan sebab dari seluruh ada. Sasaran permenungan filsafat adalah kebenaran dan kebijaksanaan. Dalam hal ini penulis mencoba menguraikan suatu prinsip perubahan dari pemikiran filosof.
Hal ini dimulai dengan pertanyaan mengapa saya ada? Mengapa ada buku? Mengapa ada air? Mengapa kayu bisa lapuk? Mengapa manusia tumbuh dan dapat berkembang? Dan sebagainya.
Menurut para filosof alam Yunani klasik, Plato misalnya ia berpendapat bahwa fenomena tetap dan berubah tidak hanya berkisar pada dunia aktual manusia.
Apa yang ada di dunia ini, baik manusia, hewan dan semua yang ada di dunia materi dan badani bukan satu-satunya realitas terdapat semesta lain yang merupakan realitas sejati, abadi dan tidak dapat binasa.