Si buah hati ayah dan ibuku
Tak pernah berkhayal dalam kalbuku
Aku datang bak keterlemparan tak mau tahu
Menyasau setiap hari menguatkan tubuhku
Tetapi lambungku tak pernah menolak waktu
Lapar lagi, makan lagi, lapar lagi, makan lagi
memusuhi penderitaan dan sahabat hiburan
Boneka kebahagiaankah aku
Ku tanya pada angin yang menyelimuti adaku?
mengapa kebahagiaan memonopoli diriku