"People with high levels of trait self-control are good at avoiding temptation --- not resisting it." --- Riikka Iivanainen, The secret life of people with high self-control (it's easier than you think)
Kata-kata Riikka Iivanainen mengungkapkan sebuah pemahaman yang mendalam tentang konsep self-control. Menurutnya, orang dengan tingkat kontrol diri yang tinggi bukan hanya mampu menahan godaan, tetapi lebih dari itu, mereka terampil dalam menghindarinya sejak awal. Pernyataan ini memicu refleksi tentang bagaimana kita menghadapi tantangan dan godaan dalam kehidupan sehari-hari.
[Riikka Iivanainen adalah seorang penulis, jurnalis, atau peneliti asal Finlandia yang sering menulis tentang topik-topik psikologi, perilaku manusia, dan pengembangan diri. Artikel yang Anda kutip, The secret life of people with high self-control (it's easier than you think), mencerminkan fokusnya pada eksplorasi konsep self-control dan bagaimana hal itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.]
Sebagai seorang penulis dan editor, memahami self-control tidak hanya relevan dalam konteks pribadi, tetapi juga dalam pekerjaan yang menuntut kreativitas, disiplin, dan kemampuan menyaring gangguan. Dalam tulisan ini, saya mengeksplorasi pandangan tentang bagaimana self-control bukan sekadar tentang menahan diri, tetapi menciptakan kondisi yang mendukung keberhasilan, baik secara personal maupun profesional.
Dengan melihatnya dari tiga perspektif -masalah, menimba pengalaman, dan solusi- saya mencoba mendalami cara mengelola diri dan menjaga fokus dalam menjalani hidup terutama dalam keseharian saya sebagai seorang penulis dan editor.
Tantangan Godaan dalam Proses Kreatif
Dalam dunia menulis dan mengedit, godaan adalah musuh utama produktivitas. Gangguan seperti media sosial, kesibukan administrasi, atau bahkan rasa tidak percaya diri sering kali menghalangi proses penciptaan. Ketika tenggat waktu mendekat, tantangan ini semakin besar karena godaan untuk menunda menjadi lebih kuat. Sebagai seorang penulis, saya sering menghadapi dilema antara mengejar ide yang segar atau menyerah pada distraksi yang tampak lebih mudah.
Untuk mengatasi gangguan distraksi, saya biasanya "melarikan diri" dengan menulis dan posting dengan system terjadwal. Misalnya saya mau posting pukul 05 pagi, maka malam ini sebelum tidur saya sudah bereskan naskahnya dan tinggal tidur. Besok bangun pukul pukul 05.30 naskah sudah terposting di Kompasiana.
Sebagai editor, godaan lain muncul dalam bentuk perfeksionisme. Ketika menyunting sebuah karya, keinginan untuk terus memperbaiki sering kali menghambat proses penyelesaian. Jika tidak dikendalikan, ini dapat menguras waktu dan energi yang seharusnya digunakan untuk proyek lain.
Bahkan jika tidak hati-hati naskah orang bisa rusak di tangan editor ketika kelemahan manusiawinya muncul seperti: rasa lelah dan tidak mudah memahami maksud penulis atas kata-kata yang dipilihnya. Lalu jatuh pada keputusan sebagai hakim yang keji: naskah ini tidak layak karena bla bla...dan aneka alasan lainnya.
Strategi untuk Menghindari Gangguan
Melalui pengalaman, saya belajar bahwa self-control bukan tentang melawan godaan secara langsung, tetapi lebih kepada mengelola lingkungan kerja. Sebagai contoh, saya menciptakan ruang kerja (meski tidak ada ruang khusus karena bekerja dari dan di rumah) yang bebas dari gangguan digital dengan mematikan notifikasi dan mengatur jadwal khusus untuk menulis dan mengedit. Langkah kecil ini membantu saya fokus pada apa yang benar-benar penting.