Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Kopi Pahit Negarawan Beraroma Ambisi

Diperbarui: 22 November 2024   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi tentang rakyat yang terkecoh dengan isi kopi kemasan, foto olahan GemAIBot, dokpri)

Kopi Pahit Negarawan Beraroma Ambisi

Di sebuah negeri yang kaya akan kopi dan gosip, hiduplah seorang negarawan yang terkenal sebagai "Bapak Semua Rakyat". Sayangnya, semakin banyak rakyat yang merasa, beliau lebih cocok dijuluki "Bapak Semua Kepentingan". Tapi, apa yang terjadi ketika secangkir kopi pahit mengungkap akal bulus sang negarawan?

Suatu pagi yang cerah di sebuah warung kopi sederhana, Pak Wiryo, seorang petani tua, sibuk menyeruput kopinya sambil membaca berita terbaru tentang pilkada. Di sudut lain, anak muda dan ibu-ibu asyik bergosip. Topiknya? Negarawan paling ternama yang tiba-tiba jadi juru bicara salah satu calon.

"Pak, negarawan itu kok sekarang kayak kopi sachetan, ya?" celetuk seorang pelanggan.
"Kenapa begitu?" sahut Pak Wiryo sambil mengaduk kopi pahitnya.
"Yah, udah nggak murni lagi. Banyak gulanya, banyak juga bahan pengawetnya!"

Rupanya, si negarawan yang selama ini dielu-elukan karena netralitasnya, tiba-tiba terang-terangan mendukung calon A. Parahnya, dukungan itu dikemas dalam narasi seolah-olah demi kepentingan rakyat.

Namun, rakyat mulai curiga. Pasalnya, dalam setiap kampanye calon A, selalu muncul satu merek kopi yang didistribusikan gratis. Konon kabarnya, merek itu milik keluarga sang negarawan. Ketika gosip itu mencuat, rakyat pun sibuk mencari kebenaran.

Suatu hari, Pak Wiryo dan teman-temannya datang ke salah satu acara kampanye. Mereka memperhatikan betul sang negarawan berpidato, menjanjikan "kopi kesejahteraan" untuk semua. Setelah pidato selesai, Pak Wiryo mengambil secangkir kopi gratis yang dibagikan.

Ia menyeruput sekali. Wajahnya langsung mengernyit. "Ini sih pahit banget, nggak ada gulanya!" katanya dengan lantang.
"Ah, mungkin bapak salah aduk," sahut seorang panitia.
Pak Wiryo hanya terkekeh. "Kopi ini memang asli, seperti rasa kebenaran. Tapi negarawan yang bikin ini acara? Manis di depan, pahit di belakang!"

Berita itu cepat menyebar. Rakyat mulai meninggalkan acara kampanye sang negarawan, apalagi setelah terbukti merek kopi tersebut memang menguntungkan keluarganya secara finansial. Dukungan calon A pun perlahan memudar.

Di akhir cerita, sang negarawan yang dulunya dielu-elukan kini hanya seorang pria tua di kursi goyang, menyeruput kopi buatan sendiri. Tanpa rakyat, tanpa panggung, hanya pahitnya rasa penyesalan.

Hahaha....(tawa Pak Wiryo keras sambil membuang kopi yang baru seteguk diminumnya sambil bergumam kesal), "Rakyat mungkin sederhana, tapi mereka cerdas. Jangan coba mengemas ambisi pribadi sebagai kepentingan bersama, atau secangkir kopi pahit akan mengungkap semua kebohongan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline