Mengenang Satu Tahun Kepergian Mgr. Vincentius Sensi Potokota: Warisan Spiritual dan Pelayanan yang Menginspiras
Dalam kenangan yang mendalam, kita menggali kembali masa-masa berharga bersama Mgr. Vincentius Sensi Potokota, seorang uskup yang bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga seorang ayah sejati bagi umatnya. Setiap momen bersamanya dipenuhi dengan kebijaksanaan dan kasih sayang, yang selalu menginspirasi kita untuk mendalami iman dan melayani sesama. Mgr. Vincentius memiliki cara yang unik dalam menjalin hubungan dengan umatnya; ia selalu hadir dalam suka dan duka, mendengarkan keluh kesah, serta memberikan bimbingan dengan penuh perhatian.
[Saya sendiri baru sekali (dan hanya sekali itu) berjumpa dengan Bapa Uskup Sensi dalam sebuah acara syukuran 50 tahun Gereja Santo Martinus Ruto, Inerie, Ngada tahun 2018 silam. Bapa Uskup amat dekat dengan umat dan juga dengan para imamnya. Kedatangan beliau disambut dengan gong gendang dan jai yang langsung ditanggapi oleh Bapa Uskup dengan jai juga. Lalu dalam acara makan bersama, Bapa Uskup amat menikmati sajian nasi dan daging dalam sebuah wati (yang terbuat dari daun lontar, biasa digunakan masyarakat untuk menadah nasi dan daging dalam hajatan yang dihadiri banyak orang). Sambil menikmati makan siang yang sesungguhnya mulai sore sih, sudah setengah tiga baru menikmati makan siang, Bapa Uskup bersama seluruh imam yang kebetulan putra paroki. Bahkan selepas misa syukur dan pesta umat keesokan harinya, saya dan beberapa Romo, termasuk Romo Ewald (saat itu belum uskup) mampir di rumah Bapak Lipus Wea, tempat Kak Suster Elsy CIJ. Di sana kami masih menikmati makan sore lagi].
Di saat-saat terakhirnya, saat ia menghadapi tantangan kesehatan, kepercayaan dan keteguhan dalam iman yang terus ia tunjukkan menjadi cahaya harapan bagi banyak orang. Mgr. Vincentius tak pernah berhenti menegaskan pentingnya kehadiran Tuhan dalam hidup kita meski dalam kesakitan. Dengan ketenangan dan kerendahan hati, ia menyampaikan pesan terakhirnya yang mengajak kita semua untuk tetap saling mengasihi, berjuang dalam iman, dan melanjutkan pengabdian kepada masyarakat, seperti yang selama ini ia lakukan.
Makna dalam Motto: "Prdica Verbum Opportune Importune"
Motto Mgr. Vincentius Sensi Potokota, "Prdica Verbum Opportune Importune," yang berarti "Wartakanlah firman, baik atau tidak baik waktunya," merupakan cerminan komitmen beliau dalam pengabaran Injil. Diambil dari Surat Kedua Paulus kepada Timotius, motto ini tidak hanya menjadi semboyan, tetapi menjadi pedoman dalam seluruh perjalanan pelayanan beliau sebagai uskup.
Dalam makna yang lebih dalam, motto ini menekankan pentingnya untuk terus menyebarkan ajaran Kristus tanpa henti, terutama dalam setiap situasi yang dihadapi. Mgr. Vincentius menjalani panggilan sebagai gembala dengan penuh dedikasi, berusaha untuk mengingatkan umat tentang pentingnya iman dan hubungan mereka dengan Tuhan. Beliau tidak hanya berdiri di mimbar untuk menyampaikan firman, tetapi juga berkomitmen untuk mewujudkannya dalam tindakan nyata dalam masyarakat.
Dalam perjalanan penggembalaannya, Mgr. Vincentius menghadapi berbagai tantangan, baik yang bersifat sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Dengan motto ini, beliau mengajak umat untuk tetap berdiri teguh dalam iman, meskipun masa-masa sulit menguji komitmen mereka. Beliau terus mengingatkan bahwa penginjilan bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, tetapi juga tentang tindakan nyata kasih yang dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari.
Warisan dan Pengaruh Mgr. Vincentius Setelah Kepergiannya
Setelah kepergian beliau pada 19 November 2023, semangat dari motto "Prdica Verbum Opportune Importune" tetap relevan dan berpengaruh dalam kehidupan Gereja Katolik di Ende dan Nusa Tenggara Timur. Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD, yang kini memimpin, diharapkan dapat melanjutkan warisan yang ditinggalkan oleh Mgr. Vincentius dengan pengabdian kepada umat dan masyarakat.
Pesan yang ditinggalkan oleh Mgr. Vincentius mengajak semua umat untuk terus mewartakan kebaikan Tuhan kepada sesama, tanpa memandang tantangan yang ada. Ini menjadi panggilan bagi setiap anggota Gereja untuk berperan aktif dalam misi penginjilan, terlibat dalam kehidupan masyarakat, serta memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.
Kepekaan sosial dan spiritualitas juga menjadi perhatian penting dalam konteks perubahan dan tantangan yang dihadapi zaman ini. Mgr. Vincentius dikenal karena keberaniannya dalam berbicara untuk keadilan. Mengikuti jejaknya, Mgr. Paulus diharapkan untuk terus menjadi suara bagi mereka yang terpinggirkan dan menegaskan pentingnya integritas serta tindakan nyata sesuai dengan firman Tuhan.