Cara Efektif untuk Menjaga Fokus dan Pemahaman
Apakah Anda pernah membuka buku, saat memulai membaca dengan penuh antusias, tetapi tak lama kemudian pikiran melayang entah ke mana? Sebelum sadar, halaman sudah berganti tanpa ada satupun kata yang benar-benar dipahami. Orang menyebutnya dengan istilah Zoning Out. Fenomena "zoning out" ini umum terjadi, baik di kalangan pelajar maupun orang dewasa, terutama ketika sedang membaca bacaan yang menantang atau dalam suasana yang tidak kondusif. Lantas, bagaimana cara efektif untuk mengatasi masalah ini dan kembali menikmati proses membaca?
Berikut ini adalah beberapa metode bertahap yang dapat membantu Anda tetap fokus dan memahami bacaan dengan lebih baik.
1. Kenali Akar Penyebabnya
Sebelum mencoba teknik untuk mengatasi zoning out, penting untuk memahami mengapa hal ini bisa terjadi. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kelelahan, kurangnya minat pada materi bacaan, hingga gangguan di lingkungan sekitar. Mengidentifikasi alasan utama ini membantu kita memilih cara penanganan yang paling tepat.
Bekerja sebagai editor kadang-kadang saya mengalami hal semacam ini. Tumpukan naskah yang harus segera dibaca, belum lagi diskusi dengan tim marketing tentang trend pasar yang tidak ada titik temu, belum lagi persoalan isi tulisan yang "membingungkan" membawa kejenuhan dan "rasa marah" yang berlebihan pada cara berpikir penulis yang tidak konsisten kadang membuat saya mengalami zoning out. Kalau sudah demikian, naskah-naskah yang cenderung menguras tenaga dan waktu akan dibiarkan sampai "dikejutkan" dengan pertanyaan penulis, "bagaimana nasib naskah saya"? "Maaf, naskah akan segera kami kembalikan karena belum cocok dengan tema yang sedang menjadi perhatian kami saat ini." Demikian kata-kata halus untuk menolak naskah yang jika dibaca selain bisa bikin zoning out juga kepala pening hehe
Selain itu, sering kali penyebabnya lebih bersifat personal (sedang tidak mood atau terbeban oleh tuntutan kerja yang berlebihan namun tidak dibarengi dengan rewards yang didapatkan. Kerja intelektual seperti menerbitkan sebuah buku (menurut pengalaman saya) belum mendapatkan perhatian yang lebih dari perusahaan. Dianggap sudah menjadi tugas dan sudah digaji, maka apapun keadaan si editor naskah harus tetap jadi.
Sebagai orang yang kerja dalam kesunyian (karena editor hanya berhadapan dengan naskah mati entah berupa print out atau file naskah), seorang editor kadang membutuhkan sebuah suasana yang hidup (termasuk berdiskusi dengan bagian marketing, karena merekalah ujung tombak penerbitan di pasar) atau berdiskusi dengan penulis atau sesama editor.
Dengan mengenal akar penyebab zoning out yang dialami, seorang editor bisa mengambil tindakan yang tepat dalam pekerjaannya.
2. Praktikkan Mindfulness Reading (Kesadaran Penuh)
Mindfulness reading, atau membaca dengan kesadaran penuh, adalah teknik yang mengajak kita hadir sepenuhnya dalam momen membaca tanpa tergesa-gesa atau teralihkan oleh pikiran yang melayang. Saat membaca dengan mindfulness, kita berfokus pada setiap kata dan kalimat, membiarkan diri menikmati prosesnya dan bukan hanya mengejar akhir cerita atau informasi. Teknik ini tidak hanya meningkatkan pemahaman terhadap isi bacaan, tetapi juga membantu kita menikmati setiap detik membaca, sehingga kegiatan membaca terasa lebih bermakna.