Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Hari Raya Semua Orang Kudus

Diperbarui: 1 November 2024   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Hari Raya Semua Orang Kudus,
Meneladani Kekudusan di Tengah Dunia

Ketika mau menulis artikel ini, Yogyakarta bagian utara sedang diguyur hujan yang amat deras. Bahkan sungai kering di depan rumah sampai kebanjiran. Memang sudah memasuki musim hujan, sehingga intensitas curah hujan di bulan November ini akan semakin tinggi dan sering. Namun tulisan berikut tidak tentang hujan tetapi tentang perayaan hari ini dalam Gereja Katolik. Saya sengaja menulisnya demi dua tujuan yakni sebagai pengetahuan dan sebagai katekese untuk umat katolik.

Hari Raya Semua Orang Kudus pada 1 November mengajak umat Katolik di seluruh dunia untuk merenungkan kembali panggilan mereka menuju kekudusan, dengan meneladani kehidupan para kudus yang telah mencapai kemuliaan surgawi. Di tengah masyarakat modern yang penuh tantangan, umat Katolik diingatkan untuk menjadikan para kudus sebagai inspirasi hidup, melibatkan mereka dalam doa, dan menumbuhkan semangat pelayanan serta kasih dalam keseharian.

Selain itu, Hari Raya Semua Orang Kudus pada 1 November merupakan momen penting bagi umat Katolik untuk menghormati dan mengenang para kudus -- orang-orang yang telah mencapai kekudusan dalam kehidupan mereka dan dipandang Gereja sebagai contoh hidup yang memancarkan kebajikan Kristiani. Setiap orang Katolik, melalui sakramen baptis, juga diberikan nama baptis yang berasal dari nama seorang kudus atau santo-santa yang akan menjadi pelindung dan panutannya dalam menjalani iman di tengah dunia.

Sehubungan dengan itu, ada dua point yang ingin ditonjolkan yakni relevansi dan katekese hari raya semua orang kudus.

Pertama, Relevansi Hari Raya Semua Orang Kudus. 

Di dunia modern yang sering kali berorientasi pada kepentingan pribadi, peringatan ini mengingatkan umat Katolik akan panggilan mereka untuk hidup kudus di tengah masyarakat, menjadikan para kudus sebagai teladan dan sahabat rohani yang membantu mereka membawa nilai-nilai Kristiani -cinta kasih, kerendahan hati, dan ketulusan- dalam kehidupan sehari-hari.

Ada tiga poin tentang relevansi hari raya ini. 1) Menghidupkan Teladan Hidup Kudus di Dunia. Para kudus bukanlah figur yang terisolasi dari dunia atau hanya menjalani hidup dengan kesalehan pribadi, tetapi hidup mereka mencerminkan cinta kepada Tuhan dan sesama di tengah tantangan zaman masing-masing. Hari raya ini mengajak umat Katolik untuk melihat bagaimana para kudus, dengan segala keberagaman latar belakang, mampu menghadirkan nilai-nilai Kristiani, seperti cinta kasih, kerendahan hati, pengampunan, dan ketulusan di tengah masyarakat. Melalui teladan hidup para kudus, umat Katolik diajak untuk tidak hanya menjalani iman secara pribadi, tetapi juga secara sosial, membawa kasih dan harapan di dunia yang sering kali terjebak dalam egoisme dan materialisme.

2) Memperkuat Identitas Kristiani dan Inspirasi Hidup. Nama baptis yang diterima umat Katolik bukan sekadar simbol; ia membawa identitas dan spiritualitas khusus yang tercermin dari kehidupan kudus yang namanya dipilih. Santo atau santa pelindung ini menjadi inspirasi dan kekuatan di tengah berbagai perjuangan hidup. Hari Raya Semua Orang Kudus mengingatkan umat Katolik untuk kembali merenungkan karakter dan nilai dari santo atau santa pelindung mereka, serta memohon bantuan doa mereka agar mampu meneladani iman yang sama di dunia.

Misalnya nama baptis saya adalah Benediktus. Tentu saya harus berusaha dan berjuang untuk meneladani hidup Santo Benediktus, yang kaya akan kebijaksanaan, disiplin, dan pengabdian kepada Allah. Inspirasi utama dari Santo Benediktus terletak pada nilai ora et labora (berdoa dan bekerja), yang menjadi prinsip hidupnya. Melalui doa yang mendalam dan kerja keras, ia menunjukkan bahwa kesucian dapat dicapai melalui keseimbangan antara kontemplasi dan aksi, membaktikan seluruh hidup kepada Allah dalam setiap tugas sehari-hari.

Santo Benediktus juga mengajarkan pentingnya stabilitas -yaitu komitmen untuk setia dalam panggilan hidup yang telah dipilih- serta kerendahan hati dan ketaatan. Ia mendirikan biara-biara yang menjadi tempat pengajaran, doa, dan karya untuk melayani masyarakat di sekitarnya. Bagi saya (dan semua umat katolik) yang memilih Santo Benediktus sebagai pelindung, nama ini tentu  menginspirasi agar saya menjalani hidup dengan disiplin dan komitmen, serta berupaya menjadi terang di tengah masyarakat melalui hidup yang didedikasikan bagi Allah dan sesama. Tidak sempurna itu manusiawi, tetapi ada upaya untuk berjuang seperti yang diteladankan Santo Benediktus itulah keutamaan katolik.

3) Membangun Persatuan dengan Gereja Semesta. Pada hari ini, umat Katolik merayakan kesatuan dengan seluruh Gereja di bumi dan di surga, yaitu Gereja Militan (umat yang masih berjuang di dunia), Gereja Berziarah (jiwa-jiwa di api penyucian), dan Gereja Jaya (para kudus yang sudah berada dalam kemuliaan surgawi). Ini mengingatkan bahwa umat Katolik tidak hidup sendiri, melainkan bersatu dalam tubuh mistik Kristus yang melampaui waktu dan ruang. Relevansi persatuan ini sangat kuat di dunia modern yang terfragmentasi; umat Katolik diingatkan bahwa persatuan dengan sesama dan dengan para kudus dapat memberikan kekuatan serta pengharapan yang lebih besar dalam menghadapi berbagai tantangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline