Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Jebakan di Gudang Roti

Diperbarui: 19 Oktober 2024   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)

Jebakan di Gudang Roti

"Saat kekuasaan menjadi senjata untuk menekan yang lemah, bertahan bukan lagi soal pilihan, melainkan strategi. Tina, seorang karyawan yang tak punya banyak pilihan selain bekerja untuk bos yang manipulatif, menyadari bahwa permainan ini bukan soal menang atau kalah, melainkan bagaimana menjebak sang pemangsa dengan umpannya sendiri. Di tengah tekanan janji kenaikan gaji dan ancaman pemecatan, ia merencanakan satu langkah berani: membalikkan keadaan dan memperdaya si penguasa dengan senjata rahasia yang selama ini diam-diam ia persiapkan."

Tina, seorang wanita berusia tiga puluhan, sudah empat tahun bekerja di sebuah perusahaan kecil yang bergerak di bidang pemasaran. Ia tahu betul betapa sulitnya mencari pekerjaan, terutama dengan tanggungan keluarga yang menunggunya setiap bulan. Gaji dari kantor adalah satu-satunya sumber penghidupan bagi Tina. Karena itulah, meski ia tahu ada yang tidak beres di perusahaan itu, ia tetap bertahan.

Bosnya, Pak Tinus, terkenal dengan sifatnya yang keras dan licik. Dia sering memanfaatkan posisi dan kekuasaannya untuk menekan karyawan. Bagi mereka yang menurut, Pak Tinus menjanjikan iming-iming kenaikan gaji atau jabatan. Tapi bagi mereka yang menolak, perlakuannya menjadi lebih kasar, bahkan sampai mengancam akan memecat mereka. Tina pun sudah merasakan semua itu. Dari sindiran yang menyakitkan, perintah yang tidak masuk akal, sampai sentuhan yang membuatnya tidak nyaman.

Namun, Tina bukanlah wanita yang mudah menyerah. Ketika Pak Tinus mulai mengarahkannya menjadi korban baru, Tina merencanakan sebuah cara untuk menjebak bosnya itu. Selama beberapa minggu, ia berusaha mengumpulkan bukti tanpa menimbulkan kecurigaan. Ia mulai membawa ponsel dengan aplikasi perekam suara yang selalu aktif saat berada di ruangannya. Setiap percakapan dan ancaman halus dari Pak Tinus, ia simpan baik-baik.

Suatu hari, setelah semua persiapan dirasa cukup matang, Tina dipanggil ke ruangan Pak Tinus. Ia merasa ada sesuatu yang besar akan terjadi, dan memang benar.

"Tina, saya lihat kinerja kamu meningkat pesat akhir-akhir ini," ucap Pak Tinus dengan senyum sinis. "Bagaimana kalau kita bicarakan soal kenaikan gaji dan pangkat?"

Tina berpura-pura antusias. "Wah, tentu saja, Pak. Saya pasti sangat senang mendengarnya."

Pak Tinus tersenyum lebar. "Tapi, tentu saja, ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan dulu," katanya dengan nada lebih rendah. "Kamu tahu kan, perusahaan ini butuh orang yang fleksibel, yang tahu cara menyenangkan atasannya."

Kata-kata itu sudah cukup untuk membuat Tina merasa muak, tetapi ia tetap mempertahankan senyum di wajahnya. "Maksud Bapak, apa saya harus bekerja lebih keras lagi?"

Pak Tinus tertawa kecil. "Ya, semacam itu," katanya sambil mendekat. "Yang penting, kamu menurut. Kamu paham, kan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline