Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Prabowo sang 'Barista' Menu Kopi Kabinet

Diperbarui: 16 Oktober 2024   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menu Kabinet Prabowo-Gibran, Pilihan Kopi untuk Masa Depan Bangsa

Kopi panas menyentak, hangatkan jiwa,
wajah baru berani, hadir dengan asa,
mereka datang tanpa banyak bicara,
siap bekerja, membawa bangsa melangkah nyata.

Kopi hangat menggugah, kenangan lalu terpaut,
orang lama setia, bawa pengalaman tanpa surut,
Kopi dingin meresap perlahan, penuh cermat,

bagi-bagi jabatan, agar riak politik tak bergemuruh kuat.


***


Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menghadapi tantangan besar dalam membentuk kabinet baru yang akan memimpin Indonesia. Pilihan komposisi kabinet ini layaknya menyajikan secangkir kopi - dengan opsi yang bervariasi antara kopi panas, kopi hangat, atau kopi dingin - masing-masing memiliki karakteristik dan konsekuensi yang berbeda. 

Dengan diberi kepercayaan penuh oleh rakyat, Prabowo harus mampu meramu kabinet yang tidak sekadar gemuk dan akomodatif, tetapi benar-benar efektif dalam bekerja dan memberikan solusi bagi bangsa ini.

Kopi panas menggambarkan wajah baru dan profesional yang siap menggebrak dengan gagasan segar serta inovasi. Memilih opsi ini berarti memberikan kesempatan kepada individu-individu yang memiliki kapabilitas mumpuni, tetapi belum pernah terlibat dalam pemerintahan. 

Pendekatan ini membawa harapan besar untuk perubahan cepat dan terobosan baru di berbagai bidang. Namun, wajah-wajah baru ini tentu juga menghadapi tantangan adaptasi dalam memahami kompleksitas birokrasi dan dinamika politik yang sudah lama mengakar.

Di sisi lain, kopi hangat adalah mereka yang berasal dari pemerintahan sebelumnya, orang-orang lama yang membawa serta pengalaman serta rekam jejak. Memilih mempertahankan sebagian dari mereka bisa memberikan kestabilan dan kontinuitas dalam kebijakan. 

Namun, pendekatan ini berisiko mengundang kritik bahwa pemerintah baru hanyalah kelanjutan dari rezim sebelumnya, yang mungkin tidak cukup radikal untuk melakukan perubahan besar yang diperlukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline