Di tengah derasnya krisis lingkungan, tingginya angka pengangguran, ancaman kesehatan reproduksi pada perkawinan usia dini, serta rentannya mental Generasi Z, masyarakat membutuhkan pemimpin yang bukan sekadar janji, tetapi solusi nyata.
Bupati dan wakil bupati masa depan harus berani memikul tanggung jawab besar ini antara lain: membela lingkungan hidup, memberdayakan ekonomi lokal, melindungi generasi muda, dan menegakkan pemerintahan bersih tanpa korupsi.
Bukan lagi waktunya bagi calon pemimpin untuk bersikap setengah hati; saat ini, hanya mereka yang memiliki visi kuat dan komitmen tak tergoyahkan yang dapat membawa perubahan nyata dan mewujudkan masa depan yang lebih cerah bagi semua lapisan masyarakat.
Menurut hemat penulis, di luar persoalan lain di negara ini, lima persoalan berikut amat urgent diperhatikan oleh para calon pemimpin agar mereka bisa merengkuh generasi Z agar tidak semakin terpental dari kehidupan sosial di daerahnya.
Pro-Lingkungan
Lingkungan hidup bukan sekadar isu tambahan dalam diskusi pembangunan; ia adalah fondasi dari setiap aspek kehidupan kita. Tanpa ekosistem yang sehat, segala upaya pembangunan, baik ekonomi, sosial, maupun budaya, akan goyah.
Dalam konteks global yang semakin terdampak oleh perubahan iklim, degradasi hutan, dan polusi, calon pemimpin yang pro-lingkungan tidak bisa lagi menganggap masalah lingkungan sebagai urusan minor.
Mereka harus memiliki keberanian untuk menempatkan kebijakan lingkungan di garis depan perencanaan dan eksekusi pembangunan daerah, memastikan bahwa setiap proyek pembangunan memperhitungkan dampaknya terhadap ekosistem lokal dan global.
Ini termasuk kebijakan tentang perlindungan hutan, sumber daya air, pengendalian polusi udara, serta langkah-langkah mitigasi bencana alam yang kerap terjadi akibat kerusakan lingkungan.
Lebih dari itu, pemimpin yang berkomitmen pada kelestarian lingkungan juga akan menyadari pentingnya pendidikan lingkungan bagi masyarakat. Tanpa kesadaran kolektif, kebijakan apa pun tidak akan berhasil secara maksimal.