Aku Ingin Punya Adik
Sebuah Monolog
[Kamar tidur Kakak, malam hari. Kakak duduk di tepi tempat tidur, merenung. Sesekali ia melihat ke arah jendela, lalu ke arah mainan-mainan di sekitarnya.]
Kakak:(tersenyum kecil, berbicara pada diri sendiri)
Aku selalu suka membayangkan bagaimana rasanya punya adik. Mama dan Papa bilang mereka sedang memikirkan untuk menambah anggota keluarga, dan entah kenapa, itu bikin hatiku hangat. Ada adik kecil yang akan main di sini, di kamar ini, sama aku.
Dari dulu, aku sering lihat teman-teman di sekolah yang punya adik. Mereka cerita betapa lucunya adik mereka, betapa serunya bisa ajarin adik jalan, ajarin adik ngomong. Kadang aku iri. Punya adik kayaknya seru, ya? Ada yang bisa diajak main, walaupun mungkin juga kadang berantem. Tapi, seenggaknya, aku gak akan sendirian lagi di rumah.
(tertawa pelan)
Waktu Mama tanya tadi, aku jawab cepat, "Iya, Ma! Aku mau punya adik!" Rasanya kayak mimpi mau jadi kenyataan. Aku bisa ajarin adik banyak hal. Aku bisa jadi Kakak yang baik, yang ngajarin dia baca buku cerita, main bola, atau... mungkin cuma ajak dia tidur kalau dia nangis tengah malam.
Tapi, jujur, aku juga mikir... Apa nanti Mama dan Papa masih kasih perhatian ke aku? Apa mereka masih ingat kalau aku juga anak mereka? Gimana kalau adik baru nanti lebih lucu, lebih manis, terus aku dilupakan?
(hentikan langkah sejenak, menarik napas dalam)