Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Menambah Anggota Keluarga dan Peran Penting Orang Tua dalam Mempersiapkan Kakak

Diperbarui: 28 September 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi hasil olahan GemAIbot, dokpri)

Menambah Anggota Keluarga dan Peran Penting Orang Tua dalam Mempersiapkan Kakak

Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk menambah anak dalam keluarga, ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan matang-matang. Aspek finansial, jarak usia antar anak, kesiapan fisik dan mental orang tua, serta kesiapan kakak atau si sulung -semua harus diperhatikan dengan seksama. Salah satu yang sering kali menjadi tantangan terbesar adalah bagaimana mengomunikasikan hal ini kepada anak pertama atau si Kakak, terutama tentang kemungkinan perubahan perhatian yang bisa memicu kecemburuan dan perasaan tersisih.

Bagi sebagian keluarga, keputusan untuk menambah anak bisa datang dari keinginan bersama atau karena merasa sudah waktunya. Namun, apakah si Kakak terlibat dalam keputusan ini? Bagaimana perasaan Kakak saat mengetahui bahwa perhatian tidak lagi sepenuhnya tertuju kepadanya? Ini adalah pertanyaan yang sering muncul di benak para orang tua yang sedang mempertimbangkan penambahan anggota keluarga.

Komunikasi sebagai Kunci

Salah satu tantangan terbesar bagi orang tua adalah bagaimana menyampaikan kepada si Kakak bahwa dia akan memiliki adik, dan bahwa peran Kakak adalah sesuatu yang berharga. Dalam situasi ini, peran komunikasi sangat penting. Tentu, tidak mudah bagi anak pertama yang terbiasa menjadi pusat perhatian untuk menerima bahwa ia harus berbagi kasih sayang dengan anggota keluarga baru. Namun, bila komunikasi dilakukan dengan tepat, hal ini bisa diatasi.

Melibatkan si Kakak dalam proses persiapan untuk adik baru adalah salah satu cara yang efektif. Misalnya, ajaklah Kakak dalam memilih pakaian bayi, mendekorasi kamar bayi, atau bahkan sekadar bercerita tentang bagaimana dulu ia lahir dan dirawat dengan penuh kasih sayang. Dengan demikian, si Kakak merasa terlibat dan dihargai dalam perencanaan ini. Perasaan iri dan cemburu mungkin akan tetap ada, tetapi dengan memberikan peran pada Kakak, ia bisa lebih menerima kenyataan bahwa adik adalah bagian dari kebahagiaan bersama.

Namun, komunikasi ini bukan hanya soal menyampaikan berita. Orang tua juga harus peka terhadap reaksi anak. Tidak semua anak siap langsung menerima kabar tentang kehadiran adik. Ada yang butuh waktu untuk mencerna, ada juga yang mungkin merasa tersisih. Pada titik inilah kesabaran orang tua diuji. Penting untuk memberikan ruang bagi si Kakak untuk mengungkapkan perasaannya, bahkan jika itu berupa kecemasan atau ketakutan akan kehilangan perhatian orang tuanya.

Pengalaman Pribadi

Selama proses kehamilan anak kedua, si Kakak sangat menerima bahkan dia sangat sayang dengan suka membisikkan hal-hal indah untuk bermain bersama. Perubahan justru terjadi ketika setelah lahiran. Saat pertama kali menjenguk ke RS, si kakak ingin tidur dengan mamanya dan si adik kalau bisa tidur di lantai saja bersama papa. Atau ketika sudah kembali ke rumah, ketika banyak yang datang menjenguk mengatakan adiknya lebih mancung dan ganteng si kakak tidak terima. Bahkan dia pernah menggigit hidung adiknya karena sering dipuji orang. Selain itu dia merasa hadiah yang dibawa orang seharusnya untuk dirinya bukan si adik.

Kecemburuan si kakak tidak berlangsung lama. Dengan mengedepankan dialog yang terbuka, melibatkan Kakak dalam keputusan kecil terkait adik, dan memberikan perhatian khusus pada Kakak meski adik sudah lahir. Penting bagi si Kakak untuk merasa bahwa ia tetap memiliki tempat istimewa di hati orang tuanya, meskipun sekarang ada adik yang juga membutuhkan perhatian.

Peran Orang Tua Sejak Perencanaan Kelahiran

Paus Fransiskus, dalam berbagai pesannya tentang keluarga, menekankan pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak sejak awal, bahkan dari perencanaan kelahiran. Dalam Amoris Laetitia, Paus menekankan bahwa perencanaan keluarga bukan hanya soal memiliki anak, tetapi juga soal bagaimana membentuk keluarga yang harmonis, penuh cinta, dan berlandaskan nilai-nilai Kristiani. Salah satu poin penting yang ia sampaikan adalah bahwa orang tua harus siap, baik secara mental maupun spiritual, untuk menyambut kelahiran seorang anak dan membesarkan mereka dalam cinta yang tulus.

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka sejak awal, bukan hanya secara intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. Ini termasuk dalam mempersiapkan anak pertama (Kakak) untuk peran barunya dalam keluarga. Paus Fransiskus menekankan pentingnya cinta yang tak terbatas dari orang tua kepada setiap anak. Orang tua harus mampu menunjukkan cinta yang merangkul, yang tidak berkurang meski ada anggota keluarga baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline