Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Cinta dari Kampung Belumada

Diperbarui: 17 Agustus 2024   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dokpri: GemAIBOT) 

Cinta dari Kampung Belumada

Hari itu, udara Kampung Belumada terasa begitu berbeda. Biasanya, setiap tanggal 17 Agustus, dengungan suara gendang dan teriakan semangat para pemuda memenuhi udara. Namun kali ini, hening. Tidak ada suara gendang, tidak ada suara teriakan merdeka, hanya ada suara hening yang menggantikan semuanya.

Polisi dari kantor Polsek terdekat datang setelah menerima laporan bahwa kampung tersebut tidak mengadakan upacara peringatan kemerdekaan. Dengan seragam coklatnya, polisi itu berjalan perlahan memasuki kampung. Dia melihat sekeliling, mencoba mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa kalian tidak mengadakan upacara peringatan kemerdekaan?" tanya polisi itu kepada salah seorang penduduk kampung.

Penduduk itu, seorang pria tua berkulit hitam legam dengan rambut yang sudah memutih, menatap polisi dengan tatapan kosong. "Kami belum merdeka, pak," jawabnya singkat.

Polisi itu terkejut mendengar jawaban pria tua itu. "Bagaimana maksudmu belum merdeka? Kita sudah merdeka sejak tahun 1945," kata polisi itu mencoba menjelaskan.

"Benar, pak. Tapi lihat saja kampung kami. Kami tidak punya sekolah, tidak punya listrik, tidak punya puskesmas, tidak punya jalan. Lalu kami disuruh untuk merayakan kemerdekaan meski kami belum merasa merdeka?" kata pria tua itu dengan nada suara yang penuh pengharapan.

Polisi itu terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia merasa sedih melihat kondisi kampung tersebut. Dia merasa sedih melihat pria tua itu dengan matanya yang berkaca-kaca.

Kemudian, polisi itu berjalan keluar dari kampung itu dengan hati yang berat. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan membantu kampung itu. Dia akan berjuang untuk mereka.

Hari berikutnya, polisi itu kembali ke kampung itu. Tetapi kali ini, dia tidak datang sendiri. Dia datang bersama rombongan dari pemerintah. Mereka membawa bantuan berupa bahan bangunan, generator listrik, dan tenaga medis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline