Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Forgive but Not Forget, Pentingkah?

Diperbarui: 11 Agustus 2024   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(wikihow.health)

Forgive But Not Forget, Pentingkah?

Memaafkan seseorang yang telah melukai kita adalah salah satu tindakan paling sulit, tetapi juga paling membebaskan yang bisa kita lakukan. Namun, bagaimana jika memaafkan tidak selalu disertai dengan melupakan? Konsep "forgive but not forget" sering terdengar kontradiktif, tetapi sebenarnya sangat penting dalam proses penyembuhan dan perlindungan diri.

Ketika masih berada dalam sebuah rumah formasio menjadi calon imam hampir 30 tahun yang lalu, kami pernah diminta menuliskan pengalaman-pengalaman paling menyakitkan hati. Ya sebuah pengalaman yang ketika kita mengingatnya akan terasa sakit, luka dalam yang bernanah seakan terbuka lagi. Mengapa bisa terluka padahal pengalaman itu sudah lama berlalu bahkan sejak kita dalam kandungan ibu? Semakin lama kita tidak memaafkan, maka semakin lama pula luka itu ada bersama kita

Mengapa Perlu Memaafkan Tanpa Melupakan?

Pertanyaan reflektif ini amat penting karena semakin lama kita tidak memaafkan, maka semakin lama pula luka itu ada bersama kita. Yang jadi korban dari tindakan tiada maaf bagimu adalah diri kita, bukan orang lain. Menurut psikolog klinis Dr. Andrea Bonior, memaafkan tanpa melupakan membantu seseorang belajar dari pengalaman mereka. Melupakan bisa berarti mengabaikan tanda-tanda peringatan atau pola perilaku yang bisa membahayakan di masa depan. Dengan tidak melupakan, seseorang dapat melindungi diri dari kejadian serupa.

Ada tiga tujuan pertanyaan ini menjadi penting, yakni:

Pertama, Melindungi Diri Sendiri. Memaafkan itu menyembuhkan diri sendiri. Kita memaafkan bukan berarti melupakan. Karena melupakan sepenuhnya pengalaman buruk bisa membuat kita rentan terhadap kejadian serupa di masa depan. Ingatan tentang apa yang terjadi berfungsi sebagai pelajaran hidup yang mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati.

Ahli psikologi positif Dr. Robert Enright, yang juga merupakan pelopor dalam penelitian tentang pengampunan, menyatakan bahwa memaafkan adalah langkah penting untuk kesehatan mental dan emosional. Namun, dia juga menekankan bahwa melupakan tidak selalu bermanfaat, karena ingatan tersebut dapat membantu seseorang tetap kuat dan waspada, serta mencegah mereka menjadi korban berulang kali.

Kedua, Penyembuhan yang Seimbang. Memaafkan memungkinkan kita untuk melepaskan beban emosional (yang menggerogoti kesehatan mental kita sehingga berimbas pada kesehatan fisik), sementara tidak melupakan membantu kita tetap waspada. Ini adalah cara untuk menjaga keseimbangan antara melepaskan rasa sakit dan belajar dari pengalaman. Hal senada dikatakan oleh ahli terapi keluarga dan pernikahan, Dr. Harriet Lerner. Ia menekankan bahwa memaafkan tanpa melupakan memungkinkan seseorang untuk tetap realistis dalam hubungan mereka. Ini tidak berarti terus-menerus mengungkit kesalahan, tetapi lebih pada mengenali dinamika yang ada sehingga dapat bekerja bersama untuk membangun kepercayaan dan memperbaiki hubungan secara lebih mendalam.

Ketiga, Menghindari Kepahitan. Dengan memaafkan, kita mencegah diri kita dari tenggelam dalam kepahitan dan dendam yang berkepanjangan. Tidak melupakan membuat kita tetap realistis tentang apa yang terjadi tanpa membiarkan emosi negatif menguasai hidup kita. Menurut Dr. Fred Luskin, direktur Proyek Pengampunan di Stanford, memaafkan tanpa melupakan memungkinkan seseorang untuk menetapkan batasan yang lebih sehat dalam hubungan mereka. Ini membantu menjaga keseimbangan antara kebaikan hati dan perlindungan diri.

(markmanson.net)

Untuk Siapa Kita Memaafkan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline