Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Di Balik Bayangan

Diperbarui: 11 Agustus 2024   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(quotefancy.com)

Di Balik Bayangan

Langit kota Yogyakarta yang mendung seperti mencerminkan hati Risa yang tengah bergejolak. Ia berdiri di depan cermin rias, memandang dirinya di cermin dengan tatapan kosong. Keputusan untuk menghadiri reuni SMA terasa seperti sebuah tantangan yang berat. Bertahun-tahun telah berlalu sejak insiden itu, tapi rasa sakitnya tetap ada, seolah baru terjadi kemarin.

Saat SMA, Risa memiliki sahabat dekat bernama Lila. Keduanya seperti saudara kandung, berbagi rahasia, tawa, dan air mata. Namun, hubungan mereka mengalami keretakan parah saat Lila membuat keputusan yang menghancurkan kepercayaan Risa. Saat itu, Lila mengungkapkan kepada seluruh teman sekelas bahwa Risa sebenarnya adalah seorang penulis anonim di blog yang memuat cerita-cerita pribadinya. Semua rahasia dan ketidaknyamanan yang telah ia simpan rapat-rapat, menjadi bahan tertawaan di hadapan publik.

Risa merasakan dunia runtuh. Kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun runtuh seketika. Hubungan mereka hancur, dan meskipun Lila meminta maaf, luka tersebut terlalu dalam untuk bisa sembuh secepat itu. Risa memutuskan untuk memaafkan Lila demi kedamaian dirinya sendiri, tetapi melupakan kejadian itu, atau lebih tepatnya, melupakan perasaan yang timbul, adalah sesuatu yang jauh lebih sulit.

Kini, enam tahun kemudian, Risa mendapati dirinya kembali bertemu dengan Lila di reuni. Di tengah kerumunan orang yang bersenang-senang, Lila mendekatinya dengan senyum yang penuh harapan. Wajah Lila tampak lebih dewasa, namun sorot matanya yang penuh penyesalan jelas terlihat.

"Risa, aku sangat senang kita bisa bertemu lagi," kata Lila dengan nada penuh emosi.

Risa membalas dengan senyuman tipis, mencoba untuk terlihat ramah. "Lila, sudah lama sekali ya."

"Aku tahu aku telah banyak berbuat salah padamu," Lila memulai dengan nada berat. "Aku ingin meminta maaf dari hatiku yang paling dalam. Aku tahu tidak ada kata-kata yang bisa mengubah apa yang terjadi, tetapi aku benar-benar menyesal."

Risa mengangguk perlahan. "Aku sudah memaafkanmu, Lila. Tapi bukan berarti aku bisa melupakan apa yang kau lakukan."

Lila menundukkan kepala, seperti mengakui kebenaran yang pahit. "Aku mengerti. Aku tidak berharap segalanya kembali seperti semula. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar menyesal."

Selama malam itu, Risa merasakan campur aduk perasaan. Ia berusaha untuk terlibat dalam percakapan dengan teman-teman lama lainnya, namun pikirannya kembali pada kenangan lama bersama Lila. Setiap kali matanya bertemu dengan mata Lila, rasa sakit yang dulu pernah ada kembali menyeruak. Meskipun ia berusaha keras untuk tersenyum dan bersikap normal, hatinya merasakan ketidaknyamanan yang mendalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline