Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Nyctophobia

Diperbarui: 10 Agustus 2024   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dokpri: GemAIBOT)

NYCTOPHOBIA*

Setiap kali matahari mulai menukik turun dan langit berubah menjadi oranye yang meneduhkan, Denis merasakan jantungnya berdegup kencang. Bukan perasaan tenang yang ia rasakan, melainkan kecemasan yang menggerogoti, keringat akan membasahi dahinya, telapak tangannya akan basah dan terasa dingin. Sudah belasan tahun berlalu sejak sore kelabu itu, tetapi ingatan akan kehilangan ibunya terus membayangi hidupnya.

Denis tinggal sendirian di rumah sederhana peninggalan orang tuanya. Rumah itu terasa begitu sepi saat senja datang. Bayang-bayang panjang dari pohon di halaman tampak seperti lengan-lengan gelap yang siap menariknya ke dalam kegelapan yang menakutkan. Setiap kali senja, Denis merasa seperti kembali ke masa lalu, ketika ia duduk di teras bersama ibunya yang tiba-tiba terjatuh tanpa suara, meninggalkannya dalam keheningan yang menusuk kalbu.

Denis sudah berusaha berbagai cara untuk mengatasi ketakutannya. Ia mencoba terapi, membaca buku-buku self-help, dan bahkan mengikuti kelas meditasi. Namun, bayangan masa lalu itu tetap mengikutinya seperti bayangan yang tidak dapat ia hilangkan. Setiap senja, ia merasa seolah-olah seseorang dari keluarganya akan pergi meninggalkannya, persis seperti ibunya dulu.

Suatu hari, Denis memutuskan untuk berkunjung ke rumah sahabatnya, Anya, yang tinggal di pinggiran kota. Anya adalah satu-satunya orang yang tahu tentang ketakutan Denis yang paling dalam. Anya selalu mendukungnya dan memberikan kekuatan saat Denis merasa tidak mampu. Di rumah Anya, Denis merasa lebih tenang. Lingkungan yang berbeda dan suara tawa dari keluarga Anya memberikannya rasa aman yang jarang ia rasakan di rumah.

"Denis, aku tahu betapa sulitnya ini bagimu," kata Anya suatu sore ketika mereka duduk di halaman belakang rumahnya. "Tapi kamu tidak sendirian. Aku di sini untukmu."

Denis menatap Anya dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih, Anya. Aku tahu aku harus bisa menghadapi ini, tapi setiap kali senja datang, aku tidak bisa mengendalikannya."

Anya meraih tangan Denis dan menggenggamnya erat. "Kita bisa mencoba sesuatu yang berbeda. Bagaimana kalau kita menghadapi senja bersama? Kita bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan setiap kali senja datang. Mungkin dengan begitu, kamu bisa mengubah persepsimu tentang senja."

(dokpri: GemAIBOT)

Denis terdiam sejenak. Ide itu terdengar masuk akal. Mungkin dengan menciptakan kenangan baru yang menyenangkan, ia bisa perlahan-lahan menghapus trauma masa lalu.

Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk pergi ke taman kota saat senja tiba. Mereka membawa makanan ringan dan selimut untuk piknik kecil. Di sana, Denis dan Anya menikmati suasana sore sambil mendengarkan musik dari ponsel Anya. Mereka tertawa, bercerita, dan menghabiskan waktu bersama hingga langit berubah menjadi gelap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline