PUTRAKU PERNAH ALAMI CYNOPHOBIA
Ketakutan adalah emosi dasar yang dimiliki oleh manusia dan binatang. Namun, ketika ketakutan ini menjadi tidak rasional dan berlebihan, dapat berkembang menjadi fobia. Salah satu fobia spesifik yang umum adalah cynophobia, yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap anjing. Meski anjing sering dianggap sebagai sahabat manusia, bagi sebagian orang, keberadaan anjing dapat memicu reaksi ketakutan yang intens.
Sebuah pengalaman kecil. Waktu itu putra pertamaku baru kelas 1 SD, usia 5,5 tahun. Kami sudah sering bertandang ke sebuah biara yang kebetulan memelihara banyak anjing. Putra saya awalnya aman-aman saja. Dia bahkan sangat suka dengan anjing. Namun suatu hari, seekor anjing jantan (karena sudah sering ketemu) secara diam-diam menjilat tangan dan kakinya. Dia menjadi sangat ketakutan karena anjingnya cukup besar dengan badan yang hampir tinggi sama dengannya. Badannya keringatan dingin, gemetaran, namun dia tidak menangis.
Sejak saat itu, setiap melihat anjing dia begitu takut dan selalu berusaha menghindar. Jika ada anjing sedang duduk di dekat jalan yang akan dilewati, dia akan berjalan memutar dan menjauh dari anjing. Itu berlangsung selama bertahun-tahun. Kami kasihan padanya dan berupaya menyembuhkannya dari ketakutan ini, karena bagaimanapun ke depannya akan lebih sering berjumpa dengan keluarga yang memiliki anjing.
Apa Penyebab Cynophobia?
Cynophobia berasal dari bahasa Yunani "kyon" yang berarti anjing dan "phobos" yang berarti ketakutan. Ini adalah fobia spesifik yang menyebabkan seseorang merasa cemas, takut, atau panik saat berada di dekat anjing atau bahkan ketika memikirkan anjing. Meskipun tingkat keparahan cynophobia bervariasi, fobia ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan membatasi aktivitas seseorang.
Cynophobia dapat berkembang karena berbagai alasan, antara lain:
Pertama, Pengalaman traumatis. Pengalaman negatif atau traumatis dengan anjing, seperti digigit atau diserang, adalah salah satu penyebab paling umum dari cynophobia. Ingatan dari kejadian ini dapat menetap dan memicu reaksi takut setiap kali menghadapi anjing.
Ketika seseorang mengalami kejadian yang menakutkan atau menyakitkan dengan anjing, ingatan dari pengalaman tersebut dapat menetap dan memicu reaksi takut setiap kali mereka menghadapi anjing di masa mendatang. Trauma ini sering kali mengakar dalam dan dapat menyebabkan kecemasan yang kuat bahkan pada pemikiran tentang anjing. Saya sendiri pernah digigit anjing sebanyak tiga kali ketika masa SD.
Tetapi karena bandel tidak pernah merasa takut bahkan suka mengganggu anjing tetangga yang terlihat galak. Ketika gigit yang ketiga kalinya (pada kesempatan yang berbeda setelah luka pada gigitan yang kedua sudah sembuh), betis kiri saya benar-benar sobek. Hampir saja trauma, tetapi karena di rumah punya anjing sendiri maka tetap bersahabat baik dengan anjing.
Kedua, Pengaruh Lingkungan. Anak-anak dapat mengembangkan cynophobia melalui observasi. Jika mereka melihat orang tua atau orang dewasa lain merasa takut terhadap anjing, mereka mungkin meniru perilaku tersebut dan mengembangkan fobia sendiri.
Pengaruh lingkungan memainkan peran penting dalam perkembangan cynophobia, terutama pada anak-anak. Anak-anak cenderung belajar melalui observasi dan meniru perilaku orang di sekitar mereka, terutama orang tua atau pengasuh. Jika seorang anak melihat orang dewasa merasa takut atau cemas ketika berada di dekat anjing, mereka dapat meniru reaksi tersebut dan mengembangkan ketakutan yang sama.
Proses pembelajaran sosial ini berarti bahwa anak-anak mungkin mengasosiasikan anjing dengan bahaya atau ancaman, meskipun mereka belum pernah mengalami interaksi negatif dengan anjing. Ketakutan yang diamati dapat tertanam dalam pikiran anak dan memengaruhi bagaimana mereka bereaksi terhadap anjing di masa depan.