Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Kopi di Malam Jumat

Diperbarui: 8 Agustus 2024   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(nasional.kontan.co.id)

Kopi Malam Jumat

Persiapan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-79 rencana akan dilangsungkan di IKN. Tetapi untuk sebuah moment penting begini saja beritanya simpang siur seperti mitos malam Jumat yang melegenda. Darah dan keringat para pejuang yang mengiringi kemerdekaan seperti hanya sebuah seremoni bagi pejabat abad ini. Lihat saja berita di tiga link yang saya kopikan ini,

https://nasional.kompas.com/read/2024/08/07/09434331/saat-istana-benarkan-sewa-ratusan-mobil-untuk-hut-ri-di-ikn-tapi dan https://nasional.tempo.co/read/1900841/istana-bantah-sewa-1-000-mobil-vvip-untuk-upacara-17-agustus-di-ikn juga https://finance.detik.com/infrastruktur/d-7477864/penjelasan-lengkap-kemensetneg-soal-sewa-mobil-buat-upacara-17-agustus-di-ikn

Tidak ada satu pun yang membahas tentang ESENSI KEMERDEKAAN, mengapa perayaan kemerdekaan dilakukan di kota yang masih prematur, yang telah menelan banyak anggaran setelah gegap gempita kampanye yang berujung sepi.

Saya menggambarkan kesimpang-siuran itu dalam puisi di bawah ini:

Di malam Jumat, kabar datang menyeruak,
Seribu mobil disewa, pesta mewah dikejar,
Belasan miliar melayang, rakyat tercekik sesak.

Rakyat bergumam di tengah gelap,
Kopi pahit menari di bibir,
Nama besar dan kemewahan, benarkah itu yang dikejar?

Kopi malam Jumat ini pekat,
Seperti berita yang menggema,
Mengundang tanya, siapa yang berpesta, siapa yang terlupakan?

(rctiplus.com)

Berita mengenai "pesta kemerdekaan" di Ibu Kota Negara (IKN) yang memakan biaya besar seperti bayangan misterius di malam Jumat Kliwon telah menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat. Isu sewa seribu mobil untuk upacara tersebut, dengan total biaya mencapai belasan miliar rupiah, mengundang kritik dan pertanyaan mengenai prioritas pengeluaran pemerintah. Bagi sebagian orang, angka ini dianggap sebagai bentuk pemborosan yang tidak sejalan dengan kondisi ekonomi rakyat saat ini. Fenomena ini menciptakan kegelisahan publik, seakan menonton drama horor di malam yang penuh mistik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline