Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Menjangkau Keluarga di Era Digital

Diperbarui: 5 Agustus 2024   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi anggota keluarga yang asyik dengan dunianya, dokpri: GemAIBOT) 

Menjangkau Keluarga di Era Digital

 

Pater JB Berthier, pendiri Kongregasi Keluarga Kudus, memiliki visi yang luar biasa dalam memaknai misi ke luar. Keprihatinan mendasar Pater JB Berthier adalah terhadap mereka yang merasa terasing dan jauh dari cinta serta perhatian, baik secara fisik maupun emosional. Dalam pandangannya, banyak orang di dunia ini yang tidak mendapatkan dukungan emosional, cinta, dan perhatian yang mereka butuhkan untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna. Keprihatinan ini timbul dari keyakinan bahwa setiap individu berhak merasakan kasih sayang dan dukungan dari sesamanya, terutama dalam lingkungan terdekat seperti keluarga dan komunitas.

Pater JB Berthier menyadari bahwa meskipun seseorang bisa berada dekat secara fisik, mereka tetap bisa merasa terisolasi dan diabaikan jika tidak ada hubungan yang kuat dan penuh kasih. Ini membuatnya menekankan pentingnya misi untuk menjangkau mereka yang jauh secara psikologis, bukan hanya yang terisolasi secara geografis. Ia percaya bahwa misi ini penting untuk membawa harapan, cinta, dan perhatian kepada mereka yang merasa terpinggirkan dan dilupakan, serta membantu mereka menemukan tempat dan tujuan dalam komunitas mereka.

(Fr. JB. Berthier, pendiri Tarekat MSF, fr.zenit.org)

Dengan mendirikan Kongregasi Keluarga Kudus (MSF), Pater JB Berthier bertujuan untuk menginspirasi para anggotanya untuk menjadi agen perubahan yang aktif dalam menjangkau dan mendukung mereka yang membutuhkan, baik dalam konteks keluarga maupun masyarakat yang lebih luas.

Dia tidak hanya fokus pada mereka yang jauh secara geografis, tetapi juga mereka yang merasa terasing secara psikologis, yang seringkali justru berada di sekitar kita, termasuk dalam keluarga sendiri. Di era digital ini, "mereka yang jauh" bisa jadi adalah anggota keluarga yang secara fisik dekat, namun emosionalnya jauh karena kurangnya cinta dan perhatian.

Fenomena ini semakin terlihat dengan kehadiran teknologi, terutama smartphone dan perangkat android lainnya. Alat yang awalnya diciptakan untuk mempermudah komunikasi dan menjembatani jarak, justru sering kali menciptakan "dinding" tak terlihat di antara anggota keluarga. Saat setiap orang sibuk dengan dunianya di layar kecil, interaksi nyata menjadi semakin langka.

Tantangan Keluarga Modern

Perangkat android di tangan kita adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, mereka memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan dunia luar dan memudahkan akses informasi. Namun, di sisi lain, mereka bisa mengalihkan perhatian dari hubungan nyata yang ada di depan mata. Betapa sering kita melihat satu meja makan dipenuhi anggota keluarga yang sibuk dengan gadget masing-masing, tanpa ada percakapan yang berarti?

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru: keluarga yang terpisah secara emosional meskipun tinggal di bawah satu atap. Ketika perhatian terpusat pada dunia maya, rasa cinta dan kepedulian sesama anggota keluarga bisa terabaikan. Anak-anak mungkin merasa diabaikan ketika orang tua lebih sering melihat layar daripada menatap mata mereka saat berbicara. Begitu pula sebaliknya, orang tua yang merasa terisolasi ketika anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain game atau bersosialisasi di media sosial.

(misafa.org)

Memanfaatkan Teknologi untuk Kebaikan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline