Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Apa Tindakan Perusahaan Terhadap "Predator"?

Diperbarui: 7 Juli 2024   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: popmama.com)

APA TINDAKAN PERUSAHAAN TERHADAP "PREDATOR"?

Dalam lingkungan perusahaan, kehadiran pemimpin yang predator (bisa dibaca bos yang arogan, tukang suruh karyawan, maupun yang seduktif) bisa menjadi tantangan serius bagi moral karyawan dan reputasi perusahaan. Pemilik perusahaan dan karyawan harus mengambil langkah tegas dan sistematis untuk menghadapi perilaku semacam ini. Karena jika tidak segera diatasi akan membawa dampak yang kurang baik bagi perusahaan. Berdasarkan beberapa kajian tentang dunia kerja, berikut penjelasan mengenai sikap yang harus diambil dan langkah-langkah penanganannya.

Pertama, penting bagi pemilik perusahaan untuk menyadari bahwa keberadaan pemimpin yang predator tidak hanya merusak moral karyawan, tetapi juga dapat merusak reputasi perusahaan secara keseluruhan. Pemilik harus menunjukkan komitmen yang kuat terhadap budaya perusahaan yang sehat dan aman bagi semua karyawan. Ini dapat dimulai dengan menetapkan kebijakan anti-pelecehan dan anti-intimidasi yang jelas dan tegas.

Kebijakan ini harus mencakup definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan pelecehan dan intimidasi, termasuk intimidasi seksual dan penyalahgunaan kekuasaan. Kebijakan tersebut juga harus menyertakan prosedur yang jelas bagi karyawan untuk melaporkan insiden tanpa takut akan pembalasan dari terlapor yang tidak terima kalau kelakuannya ketahuaan. Pemilik perusahaan harus memastikan bahwa semua karyawan, termasuk pemimpin dan manajer, memahami dan mematuhi kebijakan ini. Sehingga jika terjadi pelanggaran, maka tidak ada kompromi apapun selain diproses secara hukum secara tegas.

Kedua, sejak awal bergabung, setiap karyawan perlu diberikan edukasi yang memadai mengenai hak-hak mereka dan bagaimana melaporkan tindakan yang tidak pantas. Program pelatihan reguler tentang pelecehan seksual dan etika di tempat kerja bisa membantu karyawan mengenali tanda-tanda pelecehan dan intimidasi, serta memberi mereka alat yang diperlukan untuk melindungi diri mereka sendiri.

(sumber: wall.alphacoders.com)

Karyawan perlu diberi pemahaman mendalam tentang perlindungan hukum yang mereka miliki dan bagaimana perusahaan akan menindaklanjuti setiap laporan dengan serius dan tanpa pembalasan. Selain itu, pelatihan ini juga harus mencakup simulasi atau studi kasus untuk membantu karyawan mempraktikkan respons yang tepat dalam situasi nyata, sehingga mereka merasa lebih siap dan percaya diri dalam melindungi diri mereka dan rekan kerja dari perilaku predator yang ada di dekat mereka, yang pandai memanfaatkan kekuasaan untuk menekan bawahan demi mencapai rayuan mereka.

Ketiga, perusahaan harus menyediakan saluran pelaporan yang aman dan anonim. Karyawan harus merasa aman untuk melaporkan insiden tanpa takut akan pembalasan. Ini bisa berupa hotline anonim, kotak saran, atau sistem pelaporan online yang diawasi oleh tim HR atau pihak ketiga yang independen.

Perusahaan harus memastikan adanya saluran pelaporan agar karyawan merasa nyaman dan terlindungi saat melaporkan insiden pelecehan atau intimidasi tanpa takut akan pembalasan. Saluran ini dapat berupa hotline anonim yang memungkinkan karyawan untuk melaporkan melalui telepon tanpa mengungkapkan identitas mereka, kotak saran yang ditempatkan di area strategis untuk menerima laporan tertulis secara anonim, atau sistem pelaporan online yang dirancang untuk mengamankan identitas pelapor. Pengawasan terhadap saluran pelaporan ini harus dilakukan oleh tim HR atau pihak ketiga yang independen untuk menjamin kerahasiaan dan objektivitas dalam menangani setiap laporan. Dengan menyediakan saluran pelaporan yang aman, perusahaan menunjukkan komitmennya untuk mendukung karyawan dan menjaga lingkungan kerja yang aman dan bebas dari intimidasi serta pelecehan.

Keempat, penting untuk melakukan investigasi yang menyeluruh dan tidak memihak terhadap setiap laporan pelecehan atau intimidasi. Tim investigasi harus terdiri dari profesional yang terlatih dalam menangani kasus-kasus semacam ini. Semua laporan harus ditangani dengan serius, dan karyawan harus diberitahu tentang langkah-langkah yang diambil sebagai tindak lanjut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline