Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Maria

Diperbarui: 4 Juli 2024   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: renunganpdkk.blogspot.com)

MARIA

(Cerpen ini dipersembahkan khusus untuk para istri yang setia menemani suaminya yang sedang sakit atau sebaliknya setiap suami yang sedang merawat istrinya. Cinta kalian adalah obat dan dokter paling ampuh)

Maria, wanita paruh baya dengan senyum yang selalu menghiasi lesung pipitnya, adalah simbol dari ketulusan dan kesetiaan. Setiap hari, dia merawat suaminya yang beberapa tahun belakangan ini harus keluar masuk rumah sakit. Suaminya menderita beberapa komplikasi, yang membuat hidup mereka berubah drastis. Namun, Maria tetap teguh berdiri di samping suaminya, memberikan dukungan dan cinta tanpa henti. Baginya, merawat suaminya bukanlah beban, melainkan panggilan hidup yang harus dijalani dengan sepenuh hati.

Di tengah malam yang sunyi, saat orang lain terlelap dalam mimpi, Maria masih terjaga. Dia duduk di samping ranjang suaminya, menggenggam tangan yang sudah lemah itu dengan lembut. Dalam hatinya, Maria selalu berdoa memohon kekuatan dari Tuhan agar bisa terus menjaga suaminya dengan baik. Maria percaya bahwa Tuhan memberikan cobaan ini bukan untuk menghukum, tetapi untuk memperkuat iman dan cinta mereka satu sama lain.

Setiap pagi, Maria memulai harinya dengan merapikan tempat tidur suaminya dan menyiapkan sarapan yang penuh gizi. Meski tubuhnya lelah, semangatnya tak pernah pudar. Maria selalu memastikan bahwa suaminya mendapatkan perawatan terbaik, mulai dari obat-obatan hingga terapi. 

Dia bahkan mempelajari cara-cara perawatan medis dasar untuk memastikan suaminya merasa nyaman di rumah. Maria selalu ada di setiap sesi terapi, memberikan semangat dan dukungan moral yang tak pernah surut.

Dalam kesibukan yang tak ada habisnya, Maria tidak pernah lupa untuk berdoa. Iman Katolik yang dihayatinya menjadi sumber kekuatan utama dalam hidupnya. Setiap Minggu, meski kadang harus meninggalkan suaminya sebentar, Maria selalu menyempatkan diri untuk pergi ke gereja. 

Dia duduk di bangku depan, menundukkan kepala, dan dengan khusyuk memohon agar Tuhan memberikan kesembuhan bagi suaminya. Dalam doanya, Maria tidak pernah meminta hal yang berlebihan, hanya kekuatan untuk terus bertahan.

Anak-anak Maria, meski sudah mandiri, selalu menawarkan bantuan. Namun, Maria selalu menolak dengan lembut. Dia tidak ingin merepotkan mereka, meski hatinya terkadang merindukan kebersamaan dengan anak-anaknya. Maria ingin agar mereka fokus pada kehidupan dan keluarga masing-masing. Dia percaya bahwa inilah tugasnya sebagai istri, dan dia harus menjalankannya dengan sepenuh hati.

Setiap hari, Maria menghadapi tantangan dalam merawat suaminya yang sakit. Tubuhnya sering kali merasa sangat lelah dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang masa depan. Dalam momen-momen terberat ini, Maria akan mencari ketenangan dengan membuka Alkitabnya. 

Ia membaca dengan penuh harapan. Dan ayat "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku" (Mzm 23:1) ini selalu memberikan penghiburan yang mendalam. Ayat ini mengingatkannya bahwa meskipun perjalanan hidupnya penuh dengan rintangan, Tuhan selalu hadir untuk membimbing dan memberikan kekuatan yang ia butuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline