Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Retas di Atas, Cemas di Bawah

Diperbarui: 28 Juni 2024   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(nasional.tempo.co)

Kopi Sehabis Makan

 #PutibaPusatDataNasionalDiretas

Kopi sehabis makan, pahit terasa,
Di layar terpampang, pusat data terjaga lemah,
Ironi menyergap, di balik gedung megah,
Ruang siber terguncang, keamanan punah.

Kode-kode terurai, rahasia terungkap,
Infrastruktur kritis, dirampas tanpa ampun,
Kegaduhan membahana, di negeri yang terbangun,
Apakah ini membuat pemerintah terbangun?

Menteri berkelit, tanggung jawab menguap,
Di balik meja kekuasaan, moralnya tak nampak,
Haruskah mundur, demi martabat yang tak lagi utuh?
Rakyat bertanya, namun jawaban tetap jauh.

(sumber:teknologi.bisnis.com)

Catatan Kritis:

Sebuah ironi besar ketika Pusat Data Nasional (PDN) diretas. Peretasan yang terjadi di Pusat Data Nasional mencerminkan kelemahan dalam keamanan infrastruktur yang seharusnya sangat vital bagi negara. Metafora "kopi sehabis makan, pahit terasa" untuk menggambarkan kepahitan yang dirasakan setelah mengetahui bahwa pusat data yang seharusnya dijaga dengan ketat ternyata sangat rentan. Gambaran ini diperkuat dengan kontradiksi antara gedung megah yang tampak kokoh dari luar dengan kenyataan bahwa keamanan sibernya sangat lemah dan mudah ditembus, menyebabkan ruang siber terguncang dan keamanan menjadi punah. Apa yang bisa diharapkan oleh rakyat pada orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab atas semua ini? Harapan yang pahit.

Tentu saja peretasan itu memiliki dampak. Kode-kode yang terurai dan rahasia yang terungkap menandakan betapa seriusnya kerusakan yang terjadi, di mana informasi-informasi kritis dan sensitif berhasil dicuri oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Infrastruktur penting negara dirampas tanpa ampun, menyebabkan kegaduhan dan keributan di kalangan masyarakat yang merasa terancam dan tidak aman. Pertanyaan muncul apakah insiden ini akan menjadi momen bagi pemerintah untuk benar-benar serius memperbaiki dan memperkuat keamanan data serta ruang siber. Lagi-lagi harapan yang pahit. Karena bukan pertama kali kasus semacam ini terjadi. Di banyak departemen, sudah jamak terjadi kesalahan selalu ditimpakan kepada pihak yang tidak jelas, alias tidak ada yang sungguh bertanggung jawab.

Lalu seperti biasa akan muncul aneka tanggapan dari pihak berwenang, khususnya menteri yang seharusnya bertanggung jawab atas kejadian ini. Alih-alih menerima tanggung jawab, sang menteri justru berkelit dan menghindari beban moral yang seharusnya dipikul. Di balik meja kekuasaan, moralitas dan tanggung jawab seolah lenyap, menimbulkan pertanyaan di kalangan rakyat mengenai apakah sang menteri seharusnya mundur demi menjaga martabat dan integritas yang telah ternoda. Namun, jawaban atas pertanyaan tersebut tetap jauh dari jangkauan, mencerminkan ketidakpuasan dan kekecewaan publik terhadap respons pemerintah. Harapan rakyat tetaplah pahit. Masih lebih nikmat kopi pahit bisa bikin tubuh sehat. Pejabat yang suka berkelit bikin kita sembelit karena perut melilit menahan cemas dan kuatir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline