Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Peran Suami saat Istri Terkena Sindrom Baby Blues

Diperbarui: 19 Juni 2024   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: liputan6.com)

Peran Suami Saat Istri Terkena Sindrom Baby Blues

 

Saya memiliki dua putra yang kini berusia menjelang 16 tahun dan yang kedua berusia 10 tahun. Saya lupa apakah istri mengalami sindrom ini pasca melahirkan kedua anak kami. Maklum sebagai keluarga muda yang mengurus segala sesuatunya sendiri (tidak tinggal bersama keluarga lainnya) kami lebih mencurahkan perhatian kepada kedua putra kami tanpa peduli apakah itu baby blues. Bisa jadi karena kami tidak tahu kalau sedang dan sudah mengalaminya.

Benar bahwa sindrom baby blues adalah kondisi emosional yang umum dialami oleh wanita setelah melahirkan. Gejalanya termasuk perasaan sedih, cemas, lelah, dan mudah marah yang biasanya muncul beberapa hari setelah melahirkan dan bisa bertahan hingga dua minggu. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan hormon, kurang tidur, dan penyesuaian terhadap peran baru sebagai ibu. Meski normal, sindrom baby blues dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan ibu dan keluarganya. Oleh karena itu, peran suami sangat penting dalam memberikan dukungan.

Peran Krusial Suami 

Langkah pertama yang harus diambil oleh suami adalah memahami bahwa sindrom baby blues adalah kondisi yang umum dan sementara. Suami perlu menunjukkan empati dan kesabaran dalam menghadapi perubahan emosi yang dialami istri. Menurut Dr. Cynthia Rogers, seorang psikiater, "Mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa memberikan penilaian adalah langkah penting dalam memberikan dukungan emosional." Suami bisa memulai dengan bertanya secara terbuka tentang perasaan istri dan memberikan ruang bagi istri untuk mengekspresikan emosinya tanpa takut dihakimi.

Selain dukungan emosional, suami juga perlu memberikan dukungan fisik dan logistik. Membantu dalam mengurus bayi, mengerjakan tugas rumah tangga, dan memastikan istri mendapatkan istirahat yang cukup sangat penting. Hal ini tidak hanya meringankan beban fisik istri tetapi juga mengurangi stres dan kelelahan yang dapat memperburuk gejala baby blues. Misalnya, suami bisa menggantikan istri untuk bangun di malam hari untuk mengganti popok atau memberi makan bayi.

Ketika anak pertama lahir, sepulang kerja (ketika masih menjadi buruh di tempat orang) saya berusaha untuk membantu meringankan beban istri. Ketika malam saat istri dan anak sudah tidur, saya akan berusaha mencuci pakaian bayi yang kotor dan menjemurnya di dapur (kata orang kampung tempat kami tinggal, tidak boleh jemur pakaian bayi di luar rumah saat malam). Atau saya akan berusaha mengepel rumah sehingga saat pagi akan berangkat kerja sudah dalam keadaan rapi.

Konsultasi dengan Profesionl Kesehatan

Jika gejala baby blues tidak membaik setelah dua minggu atau semakin parah, suami harus mendorong istri untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Seturut pengalaman kami, biasanya kami bertanya ke dokter kandungan yang sudah bersama kami selama 9 bulan kehanilan atau ke dokter anak yang menangani anak kami.  

Dr. Michael O'Hara, seorang psikolog klinis, menyarankan, "Intervensi dini dengan konseling atau terapi dapat mencegah kondisi memburuk menjadi depresi pascapersalinan." Suami bisa mendampingi istri ke janji temu dengan dokter atau terapis untuk memberikan dukungan moral dan memastikan istri mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

Selain itu suami bisa membantu istri membina hubungan sosial dengan tetangga atau sesama ibu yang sudah berpengalaman mengurus bayi. Kehadiran teman dan keluarga dapat memberikan dukungan tambahan dan membantu istri merasa tidak sendirian dalam menghadapi tantangan menjadi ibu baru. Mengatur kunjungan dari teman dekat atau keluarga, atau bahkan bergabung dengan kelompok dukungan ibu baru, dapat memberikan rasa komunitas dan solidaritas bagi istri.

Contoh Kasus Baby Blues

Sebagai contoh kasus, seorang ibu bernama Maria (bukan nama sebenarnya) mengalami baby blues setelah melahirkan anak pertamanya. Ia merasa sedih dan menangis tanpa alasan jelas. Suaminya, Rudi (sebut saja begitu), berperan aktif dalam mendukung Maria dengan mendengarkan keluhannya, mengambil alih beberapa tugas rumah tangga, dan memastikan Maria mendapatkan waktu untuk istirahat. Rudi juga mengatur pertemuan dengan teman-teman Maria yang pernah mengalami situasi serupa. Dukungan ini membantu Maria merasa lebih tenang dan gejala baby blues-nya pun berangsur-angsur membaik dalam waktu dua minggu.

Dengan memahami sindrom baby blues dan mengambil langkah-langkah psikologis dan sosiologis yang tepat, suami dapat berperan signifikan dalam membantu istri melewati masa sulit ini. Dukungan yang tepat tidak hanya mempercepat pemulihan istri tetapi juga memperkuat hubungan keluarga secara keseluruhan.

Apa Yang Mesti Dilakukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline