Lihat ke Halaman Asli

Alfred Benediktus

Menjangkau Sesama dengan Buku

Menari di Tempurung Tuak

Diperbarui: 22 Mei 2024   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: modemku.com)

Menari di Tempurung Tuak

Bolelebo tak bergema lama
Berganti kini dengan gemufamire
Mengaduk-aduk rasa bangga
Suka dan cinta flobamorata manise

Kepada siapa generasi kini
berkiblat mencari petuah leluhur
dalam olah tangkas caci, jai, etu, rokatenda, gawi
yang rukun dalam suku dan luluhkan ego diri
dalam rasa esa bergandengan tangan dalam damai
yang kini tinggal kenang lagi.
Bolelebo, bae sonde bae,
Bale nagi, gaja gora, mora sama
Maumere manise, satar meze
sejumput lagu rakyat yang meriuh
dalam tandak, jai, gawi dan dolo-dolo
bapegang tangan tiada jarak suku dan agama
meriang dalam cinta bersama tuak sebotol dan tempurung
keliling dari bibir ke bibir tanpa rasa jijik dan sinis
karena cinta pada petuah: makan sewati (piring dari ayaman lontar)
dan minum setempurung tuak.

Denting musik dan tawa
melebur dalam irama
kita basaudara di nusa flobamorata
dalam tenunan ragi (kain Bajawa) hangatkan
petuah leluhur: bersama tarian tempurung
yang terus berpindah tandaskan tuak adat
yang mengirama riang dalam jai dan gawi
rokatenda dan etu, caci dan dolo-dolo.

(sumber retizen.republika.co.id)

(Alfred B. Jogo Ena, pernah dimuat dalam buku
BUMI PEREDAM PRAHARA, Kosa Kata Kita)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline