Lihat ke Halaman Asli

Keseimbangan antara Kontribusi pada Sekolah dan Komunitas

Diperbarui: 10 Oktober 2023   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.katolikana.com/wp-content/uploads/2021/05/Seminari-Mertoyudan.png

Sekolah merupakan tempat seorang murid untuk menimba ilmu dan belajar serta tempat di mana para murid bisa bersosialisasi dengan warga sekolah, baik teman, para guru, dan karyawan sekolah. Di Indonesia, jenjang sekolah itu dimulai dari SD, kemudian SMP, dan terakhir SMA. Sekolah di Indonesia juga memiliki beberapa jenis, seperti sekolah negeri, sekolah swasta, dan ada pula sekolah yang berasrama.

Sekolah asrama merupakan sekolah yang mewajibkan para muridnya untuk bersekolah dan tinggal pada gedung asrama yang disediakan oleh sekolah tersebut. Pada sekolah asrama, urusan-urusan juga dibagi menjadi dua, yaitu urusan asrama dan urusan sekolahan. Dalam sekolah asrama biasanya kita menyebut adanya komunitas. Menurut KBBI, komunitas adalah kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu. KBBI juga menyebutkan jika komunitas dapat diartikan sebagai kelompok masyarakat atau sebuah paguyuban. Komunitas-komunitas itu terdapat pada sekolah asrama, contohnya komunitas asrama putra, komunitas asrama putri, dan lain sebagainya.

Kontribusi merupakan suatu hal yang dapat kita lakukan serta membuahkan hasil dan manfaat. Di setiap sekolah pasti para muridnya melakukan suatu kontribusi bagi sekolahnya saja, tetapi sedikit berbeda dengan sekolah asrama. Siswa/siswi di sekolah asrama biasanya akan berkontribusi di dua tempat, yaitu di asrama dan di sekolahan. Manakah dari kedua kontribusi tersebut yang lebih penting; kontribusi pada sekolah atau kontribusi pada komunitas atau bahkan tidak keduanya?

Kontribusi itu bisa dilakukan baik di sekolah maupun di komunitas asrama. Kontribusi pada sekolah itu penting, tetapi kontribusi pada komunitas juga penting, dengan kata lain keduanya itu sama pentingnya. Kedua hal itu perlu dilaksanakan secara seimbang karena dalam sekolah asrama, seorang siswa/siswi itu pasti bersekolah di sekolah tersebut dan tinggal di asrama tersebut bersama komunitasnya.

Banyak kontribusi yang dapat dilakukan baik di sekolah maupun di komunitas asrama. Kontribusi pada sekolah misalnya adalah menjadi kepengurusan di sekolah, misalnya menjadi pengurus OSIS, kepanitiaan acara sekolah, dan lain-lainnya. Di luar hal-hal itu, kontribusi juga dapat dilakukan mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti aktif di kelas pada saat pembelajaran berlangsung dengan menjawab pertanyaan guru, aktif bertanya apabila tidak paham, dan lain sebagainya. Sedangakan di komunitas, kita bisa berkontribusi juga mulai hal-hal yang sederhana dari menjaga kebersihan kamar asrama, menjaga kebersihan kamar mandi, hingga hal-hal yang cukup besar dengan menjadi pengurus asrama, dan lain sebagainya.

Kontribusi itu juga dapat memberikan manfaat bagi diri kita supaya bisa lebih berkembang. Baik hal-hal yang sederhana, kecil, bahkan hingga hal-hal yang besar. Kontribusi di sekolah dapat mengembangkan diri kita baik di bidang keterampilan, leadership, pelajaran, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan kontribusi di komunitas asrama dapat mengembangkan diri kita di bidang kerumahtanggaan, baik kebersihan, kerapian, leadership, cara bersosialisasi dengan teman, dan lain sebagainya. 

Bila kontribusi hanya dilakukan pada salah satu bidang saja maka kita hanya bisa berkembang pada bidang itu saja. Misalnya saja kita hanya berkontribusi pada sekolah, maka hal-hal yang akan berkembang dan lebih menonjol hanya di bidang persekolahan saja, sedangkan di komunitas asrama kita bisa jadi tidak terlalu berkembang, padahal kita juga hidup di asrama sehari-harinya. Sebaliknya, jika kita berkontribusi pada komunitas asrama saja, maka kita akan kurang berkembang di bidang persekolahan, padahal kita juga sedang menimba ilmu di sekolah, tetapi karena kurang kontribusi malah jadi tidak berkembang.

Saya mengambil contoh di Seminari Menengah Mertoyudan, salah satu sekolah yang berasrama dan merupakan sekolah tempat pendidikan calon Imam. Di Seminari Menengah Mertoyudan gedung sekolah (kelas, lab, dll) menjadi satu dengan gedung asrama (dormit/kamar). Sama halnya dengan sekolah asrama, urusan-urusan di Seminari Menengah Mertoyudan dibagi menjadi dua, yaitu urusan persekolahan dan urusan asrama. Seminari Menengah Mertoyudan juga memiliki beberapa jenjang yang disebut dengan "Medan".

Terdapat empat medan pada Seminari Menengah Mertoyudan, yaitu Medan Pratama (kelas 0), Medan Tamtama (kelas X), Medan Madya (kelas XI), dan Medan Utama (kelas 12 dan KPA; kelas persiapan atas). Setiap medan dalam Seminari Menengah Mertoyudan itu dapat disebut dengan komunitas, seperti komunitas MU, komunitas MM, dst. Tetapi ada pula sebutan untuk seluruh medan tersebut, yaitu komunitas besar. Selain itu, di Seminari Menengah Mertoyudan juga terdapat komunitas para romo dan staff.

Di dalam Seminari Menengah Mertoyudan, para seminarisnya juga berkontribusi baik di sekolah maupun di komunitas asrama. Di sekolah, terdapat berbagai kontribusi, seperti menjadi pengurus OSIS, BPM (Badan Perwakilan Medan), pengurus ekstrakurikuler, panitia-panitia acara, dan lain sebagainya. 

Mereka berkontribusi sesuai dengan kemampuan dan minat mereka masing-masing. Di komunitas asrama, para seminaris juga berkontribusi sebagai pengurus medan, ada yang mengurusi alat-alat kebersihan, mengurusi kamar mandi, mengurusi flora dan fauna yang ada di medan, mengurusi dormit atau kamar tidur, dan lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline