Lihat ke Halaman Asli

Alfonsus G. Liwun

Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Haruskah Indonesia Diam dalam Konflik Rusia vs Ukraina?

Diperbarui: 8 Maret 2022   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy (foto: AFP)

Konflik Rusia versus Ukraina adalah konflik yang terkenal di dunia internasional. Konflik kepentingan egopolitik antar para pemimpin. Konflik ini seakan tidak menemukan jalan keluar. Membiarkan konflik ini berjalan, sama dengan melalaikan rasa kemanusiaan. 

Apakah begitu susah untuk menemukan jalan keluar, hingga harus membawa korban manusia dan aset-aset negara,serta kerugiaan kedua negara dengan angka ratusan juga dolar AS? 

Sangat tragis sekali, jika dipandang dengan hati nurani nan bening. Semestinya egopolitik dan kepentingan negara sendiri, harus dikesampingkan. Utamakan rasa kemanusiaan!

Konflik Rusia versus Ukraina, jelas akan membawa dampak yang besar. Dampak kemanusiaan yang berkepanjangan, apalagi dicatat dalam sejarah kemanusiaan dunia, misalnya. Ini penyakit historis. Seakan manusia tak pernah belajar dari sebuah rentangan sejarah masa lalu.

Sun Tzu, yang dikutip www.kompas.com yang dikenal sebagai orang yang memiliki strategis perang terbaik sepanjang sejarah, memiliki kata-kata bijak tentang perang demikian. 

"Kenali dirimu, kenali musuhmu. Seribu pertempuran, seribu kemenangan." Kata-kata ini masuk dalam kategori kata-kata bijak, karena ketika mengenal kekuatan musuh tidak sebanding, maka jalan keluar berdamai adalah terbaik. Juga ketika mengenal diri sendiri bahwa kemampuan diri sanggup atau tidak, hati nurani harus menampilkan pertimbangan moral etis. Untuk melanjutkan berperang atau tidak. Dalam pertimbangan moral etis, kemanusiaan diutamakan, bukan egoisme kekuatan atau kesombongan atas kekuatan militer dan tekonoligi.

 Kata-kata bijak Sun Tzu jika dibaca dalam konteks Rusia versus Ukraina, bahwa yang dikenang bukan bagaimana siasat pertempuran dengan teknologi canggih senjata, melainkan keganasan prajurit dan penyalahgunaan teknologi untuk perang dalam pembantaian kemanusiaan dan nilai-nilai peradaban manusia. Keganasan prajurit terhadap kemanusiaan menyisihkan traumatis, kebencian, dan dendam kesumat sepanjang masa.

Padahal, rasa pertalian kesamaan etnis masih tersambungkan antara orang Rusia dan Ukraina. Disamping itu, teknologi yang dibiayai dengan keuangan negara, diperuntukan kemakmuran warga, amblas karena dipakai untuk membayar egopolitik atas ruang kelam hati nurani. Pelukisan sejarah, tercatat sebagai sejarah kelam, bukan peradaban nilai-nilai kemanusiaan atas perang itu sendiri.

Konflik Rusia versus Ukraina, kenapa Diam Indonesia?

Beberapa konflik pada dekade terakhir, Indonesia selalu menyuarakan politik luar negeri bebas aktif yang dimilikinya. Menteri luar negeri Indonesia selalu berusaha bekerjasama dengan kelompok-kelompok negara seperti PBB atau pun G-20, dll untuk mencari jalan tengah terbaik untuk perdamaian antar negara yang berkonflik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline