Lihat ke Halaman Asli

Alfonsus G. Liwun

Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Harga Elpiji Melejit, Ibu-Ibu Menawarkan Solusi yang Kreatif dan Praktis

Diperbarui: 4 Januari 2022   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gas Elpiji di dapur, 2/1/2022 (dokpri)

Banyak orang bilang, dapur merupakan sumber kehidupan. Pasalnya, dapur tanpa asap mengepul, sebuah keluarga belum dikatakan hidup. Mungkin banyak orang yang bilang demikian itu, telah terpola dengan kehidupan masa dulu, masih di kampung-kampung yang jauh dari keramaian kota.

Tidak dengan kehidupan keluarga masa kini. Bahkan keluarga sekarang, tidak ada asap pun, keluarga  tetap ramai terus. Keluarga ramai bukan karena tidak ada asap. Tetapi asap mengepul terkadang tetap ada, hanya asap mengepul itu berpindah tempat di kedai-kedai atau di warung-warung makan.

Keluarga tinggal menyiapkan uang dan membelinya. Disinilah terjadi jaringan mutualisme dewasa ini. Ini sangat dimungkinkan. Makan dan makanan sudah terbuka. Tidak hanya didalam rumah keluarga, tetapi bisa dimana saja dan kapan saja.

Karena inilah, trend kenaikan harga elpiji nonsubsidi sejak Desember 2021, rasanya biasa-biasa saja. Harga elpiji nonsubsidi dari pertamina, kelihatannya tidak terlalu merisaukan bagi kehidupan keluarga modern. Bahkan harga elpiji nonsubsidi yang melejitpun telah diantisipasi keluarga.

Kompor gas listrik keluargaku yang baru dibeli, 19 Desember 2021 (dokpri)

Apa bentuk antisipasi keluarga? Ditempat saya, keluarga ketika saling berkunjung selama perayaan Natal dan Tahun Baru, mulai mengobrol seputar pengganti elpiji. Ada keluarga yang mengusulkan untuk mulai menyiapkan diri dengan membeli kompor listrik. Dalam obrolan, keluarga-keluarga memprediksikan bahwa kalau dihitung-hitung harga elpiji yang dinaikan sekarang hampir setara dengan keluarga membeli pulsa listrik selama sebulan. Solusi lain, keluarga lebih memilih gampang untuk membeli lauk pauknya di luar, sementara di rumah hanya menyiapkan nasi. Sehingga lebih praktis.

Elpiji, Gas untuk Kebutuhan Keluarga

Elpiji subsidi 3 kg, kalau dijual eceran di toko harganya 18-21 ribu rupiah. Sementara harga diarmada gas subsidi 15 ribu rupiah. Gas 3 kg hanya dipakai 3-7 hari. Kalau keluarga aktif memasak maka gas 3 kg bisa-bisa 4-5 hari saja. Keluarga saya gas 3 kg hanya bertahan selama 6 hari, karena gas 3 kg sejak Desember 2021, jarang didapat maka keluarga saya beralih ke gas 12 kg. Gas 12 kg harga eceran sebelum Desember di toko 165 ribu rupiah, sekarang harganya 175 ribu rupiah.

Dari harga yang kian naik itu, kebutuhan keluarga tetap ada namun kebutuhan untuk membeli gas elpiji, mungkin semakin terbatas. Karena harga elpiji yang semakin naik, mendorong keluarga untuk lebih berpikir kreatif dan praktis. Kreatif untuk mencari cara lain yang lebih praktis, sehingga beban-beban yang muncul karena harga elpiji tereliminasi kepada beban pekerjaan.

Harga Elpiji Nonsubsidi Naik, tak banyak yang mengeluh

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline