21 Tahun di tanah perantau, adalah sebuah ziarah peradaban. Ziarah yang merajut hidup penuh makna. Suka duka, adalah hal biasa. Senyum tawa dan canda, hiasan rutin yang dalam ziarah perantauan ini. Ziarah yang bermakna bagiku ialah bertemu jodoh. Memutuskan untuk menikah. Mempunyai anak. Dan selama 21 tahun mudik ke kampung halaman pun menjadi aktivitas rutin.
Dari seluruh peziarahan di perantauan, pengalaman yang selalu menjadi bergulatan batin ialah pesta tahun baru selalu jauh dari orangtua dan keluarga inti. Paling-paling hanya hanya melalui ucapan sms atau wa saja mengucapkan selamat tahun baru. Tahun 2021, anak mengajak untuk pulang menengok nenek dan sepupu, namun rencana ini tak bisa dijalankan. Alasannya sederhana, masih dalam masa-masa pandemi Covid-19.
Dan malam ini (31/12/2021), sebuah malam penuh kerinduan itu datang lagi. Doa keluarga pukul 20.00 wib. Setelah itu anak tidur. Anggota keluarga lain duduk-duduk sambil menikmati bunyi deburan kembang api di pelosok langit. Warna-warni pijaran kembang api di langit menghiasi malam tutup tahun, kecuali di rumahku. Di rumah hanya sekelurga duduk. Bercerita pengalaman-pengalaman yang dialami selama tahun 2021. Rupanya pengalaman duka cita menjadi hiasan utama yang jauh lebih dahsyat. Karena pandemi Covid-19, mengancam kehidupan. Ada banyak anggota keluarga kena Covid-19, yang harus diisiolasi baik mandiri diri rumah maupun di tempat-tempat yang disediakan satgas Covid-19.
Kembang api sebagai tanda kegembiraan bersama di ruang publik, hampir tak terpantau. Kembang api selalu muncul ke langit berasal dari tetangga-tetangga. Rutinitas manggang-mangga keluarga pun sebagai satu aktivitas penting untuk menumbuhkan semangat kekeluargaan dan kebersamaan. Rasa kebersamaan dan keluargaan ini ada, tetapi rasanya jauh berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya. Keluarga yang sebelum detik-detik tutup tahun harus jalan-jalan menikmati panorama pantai dan tempat umum, tertunda karena masih dibatasi ruang gerak orang dari satgas Covid-19.
Jauh dari berbagai pengalaman yang dilewati selama tahun 2021, kerinduan untuk berkumpul bersama keluarga inti yang jauh, tak tergerus oleh situasi Covid-19. Kerinduan melekat dan selalu mendorong anggota keluarga untuk mudik ke kampung halaman. 21 tahun tak bersama keluarga inti nan jauh, diharapkan tahun 2022 harus terjawab. Menjawabi kerinduan yang tertunda. Harapan ini merupakan harapan peziarahan bagi para perantau. Kerinduan yang tertunda, mungkinkah terjawab di tahun 2022? ***
Pangkalpinang, 31 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H