Lihat ke Halaman Asli

Alfonsus G. Liwun

Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Benediktus Hadi Utomo, Jurnalis dan Musik, Punya Rasa yang Sama

Diperbarui: 1 Desember 2021   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benediktus Hadi Utomo (KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG PANGERANG)

Membolak balik berbagai media online yang menulis tentang Benediktus Hadi Utomo, yang lebih dikenal Bens Leo, saya lalu menulis judul ini. Bendiktus Hadi Utomo: Jurnalis dan Musik, punya rasa yang sama.

Judul ini mengindikasikan pada saya satu point penting ini, yaitu rasa. Sebuah hal manusiawi yang dialami oleh semua kita. Ada yang hanya secuil goresan, langsung terasa dan berhari-hari, bahkan tidak hilang sama sekali. Tetapi ada yang seperti badai menghujan, dan langsung terasa tetapi hanya dipandang sebelah mata, sebentar saja dan hilang terhanyut dalam badai itu.

Jauh dari itu, ada yang begitu lebar mengena irisan, hingga memproyeksikan suatu harapan untuk memulai suatu aksi, tetapi hanya tinggal kenangan. Mau bangkit tetapi, karena sakit lalu mengurungkan niat. Terkubur rasa niat itu hingga terintegrasi dalam pola hidup lainnya. Rasa, begitu subyektif.

 Rasa, sebuah getaran yang ditimbul antara apa yang dilihat dan dirasakan dalam hati. Ini semacam kontak hati dari sesuatu yang ada diluar diri dengan apa yang ada didalam diri seseorang. Dari kontak hati ini, diputuskan untuk mewujudkan suatu harapan, akan apa yang mau disampaikan ke kepada pihak tertentu secara pribadi ataukah ke ruang publik. Ini pun hanya taraf subyetif.

Bens Leo, memiliki hal ini, yaitu rasa. Getaran yang dilihat, kemudian diolahnya, dan diputuskan untuk menjadi fokus perjuangan dalam hidupnya. Fokus Bens Leo ialah membumikan musik Indonesia. Cara untuk membumikan musik Indonesia ialah perjumpa dengan pendekatan-pendekatan khusus untuk menghadirkan kepada publik tentang musik Indonesia. Dengan menulis, cara efekktif memperkenalkan musik Infonesia. Bahkan dalam kecintaannya dengan musik, Bens Leo terlibat langsung dalam musik Indonesia, dari menjadi juri, membentuk group band, dan mengorbit lagu-lagu sendiri.

Rasa diasuh dan diasah sehingga musik dan menulis tak terpisahkan dari hidup Bens Leo. Ini hemat saya, tidak mudah. Terkadang, ada yang hanya mengola rasa untuk menyanyi saja, tidak bisa bermain alat musik. Ada yang bisa bermain alat musik tetapi tidak bisa menyanyi. Ada yang bisa bermusik (menyanyi dan ada yang bisa saja menulis, tetapi menulisnya hanya sebatas pada syair-syair lagu. Dan lebih jauh dari itu, ada bermain bermusik (menyanyi dan terapil bermain alat musik) dan memiliki talenta lebih untuk mampu menulis. Sehinga dalam diri yang sama menjadi pemusik dan jurnalis. Inilah pribadi Bens Leo, yang adalah pemusik dan jurnalis.

Rasa Bens Leo, telah mengukir dua hal yang cukup terkenal itu, musik dan menulis. Tidak hanya menulis, jurnalis pula, juga tidak hanya jurnalis, pemisik juga. Dua pekerjaan yang melekat pada diri Bens Leo, yang mungkin tidak dimiliki kebanyakan orang. Dua fokus hidupnya ini menjadi sebuah melodi yang mengugah hati masyarakat Indonesia. Juga sisi mata jurnalis yang melihat kedalaman sisi khas musik yang harus dibumikan agar anak-anak Indonesia harus mengikuti dan mendalami lebih dari apa yang diteropongi Bens Leo untuk masa mendatang.

Integrasi rasa dalam musik dan menulis (boleh dibaca: jurnalis), adalah kemampuan mengolah kedalaman budi. Kebeningan hati melihat sisi mana yang perlu diangkat ke publik. Dan ketelitian dalam mempromosikan kekhasan musik inilah yang meneguh harapan Bens Leo, sehingga dalam situasi apapun, ia mampu bertahan dengan fokus dan komitmen keputusan hatinya. Bens Leo menjadi terkenal karena pemusik dan jurnalis di mata Indonesia dan Internalsional.

Tidak salah, kalau Kompasiana dan Kompsianer menseleberasikannya dalam topik pilihan Kompasiana. Adakah Kompasianer yang mau menwariskan keuletan Bens Leo ini? Ha.... ha.... kita tunggu pada akhir tahun 2022, yang muncul dalam Kompasianival! Selamat Jalan Bapak Benediktus Hadi Utomo. Para kudus dengan kecapi, rebana, dan terompet akan menjemputmu untuk bernyanyi memuji Sang Khalik, Penciptamu. ***

Pangkalpinang, 30 November 2021

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline