Situasi setelah menguasai ibu Kota Kabul, Afganistan, Taliban harus bekerja keras menghadapi situasi internal. Kerja keras Taliban tidak main-main, rupanya mereka tidak didukung oleh semua warga Afganistan. Ada pro kontra diantara Taliban dan sebaliknya didalam warga Afganistan lainnya.
Lihat saja yang paling mencolok yang kontra ketika banyak warga Afganistan melakukan eksodus ke negara-negara lain. Juga yang kontra, terlihat dengan melakukan perlawanan terhadap Afganistan. Sebut saja beberapa hari terakhir ini warga propinsi Panjshir yang melakukan perlawanan terhadap pasukan Taliban. Pasukan Panjshir bersama militer Afganistan berusaha untuk mempertahankan wilayah lembah Panjshir.
Disamping itu, muncul gerakan perempuan Afganistan berdemonstrasi di kota barat Herat (2/9/2021) menuntun hak untuk bekerja dan partisipasi di ruang publik. Tidak hanya itu, situasi ekonomi dan politik luar negeri, belum bisa terkendalikan. Kemiskinan dan melaparan akan dirasakan warga Afganistan bagaikan tsunani pasca kemerdekaan Taliban.
Politik luar negeri akan berhadapan dengan liberalisme barat. Sementara, strategi politik China dan Rusia akan menjadi "tamu agung" Taliban di Afganistan. Dua kekuatan besar ini dengan membawa ideologi yang sama yaitu komunisme. Akankah kekuatan Taliban mampu untuk membendunginya?
Sementara yang bersikap pro menetap di Afganistan terkhusus Taliban sendiri. Mereka yang pro pun sedang berjuang sekuat tenaga untuk membentuk pemerintahan baru. Apakah dalam proses pembentukan pemerintahan yang baru tidak terjadi persoalan? Tidak memperhitungan kekuatan-kekuatan yang selama ini telah disumbangkan untuk merebut kota Kabul, Ibu Kota Negara Afganistan?
Memang ngeri-ngeri sedap loh situasi Afganistan. Mampukah pemerintahan baru menjamin keamanan Afganistan, sehingga lebih cepat memulihkan perekonomian dan perpolitikan internal Afganistan? Rasanya, masih terlalu jauh ketika dikatakan mampu. Begitu juga ketika mau dibilang, tidak mampu! Situasi Afganistan belum pulih benar. Taliban perlu mengkonsolidasi kekuatan internal dengan lebih mengarah pada persatuan antar sesama dan warga Afganistan yang lain. Persatuan perlu dibangun diatas landasan semangat yang sama. Semangat untuk melihat masa depan Afganistan.
Situasi Afganistan mirip seperti Indonesia pada awal-awal kemerdekaan. Dimana kekuatan liberalisme-sosialis Barat dan kekuatan spiritualitas agama mayoritas internal Indonesia. Kedua kekuatan ini sangat dikelola dengan baik oleh pendiri Republik ini. Sikap saling menghargai, yang menelurkan semangat demokrasi, dalam diri para pendiri, entah sadar atau tidak saat itu, Indonesia kokoh hingga saat ini.
Para pendiri tidak memilih keduanya, justru mereka memilih nasionalisme, sebagai jalan baru, sekaligus sebagai kekuatan baru Indonesia, yang lahir dari semangat kebersamaan atau kekeluargaan dan gotong royong masyarakat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Pengalaman Indonesia, bolehlah kalau menjadi cermin untuk Taliban, jika Taliban telah berkonsensus memilih situasi Afganistan sebagai negara yang lebih bersifat moderat. Moderat seperti dirilis dari kbbi.web.id yang berarti selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; atau berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah, sebagai sebuah sikap pembaharuan Taliban, maka jelas masa depan Taliban akan jauh lebih maju.
Mengapa? Karena Afganistan sangat strategis. Afganistan berada ditengah dan diantara negara-negara lain. Melalu jalur darat Afganistan mampu bekerjasama dengan negara-negara tetangga untuk membangun perdagangan dan lalu lintas transportasi antar negara. Dengan bekerjasama antar negara-negara tetangga, keterbukaan sikap untuk saling mengharga antar bangsa dan negara, pasti akan terasa aman dalam pembangunan.