Lihat ke Halaman Asli

Alfonsus G. Liwun

Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Seorang ASN yang Sederhana dan Rendah Hati

Diperbarui: 6 Desember 2021   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alm. Yohanes Djanu Rombang

Selama seminggu lebih, Pak John terbaring di RSU Daerah Kabupaten Bangka. Tepat pada tanggal 4 Februari 2021, pukul 10.23 wib, John meninggalkan keluarga menghadap Sang Pencipta, Allah Bapa di Surga. John meninggal dunia di RSU Daerah Kabupaten Bangka di ruang ICU. 

John meninggalkan seorang isteri, dan tiga orang anak. John juga meninggalkan ke-5 adiknya. Tidak hanya itu, John juga pergi meninggalkan keluarga besarnya yang selama hidupnya, beliau menerima semua orang sebagai saudara-saudarinya. 

John yang dibiasa disapa oleh kalangan keluarganya itu dengan nama lengkap Yohanes Djanu Rombang, lahir di Sungailiat, 8 September 1960. Nama belakangnya menandakan asal usulnya. John terlahir dari alm. Bapak Yulius Djanu Rombang dan alm.Ibu Agnes To'lose. 

Kedua orangtuanya meninggal dan dikuburkan di pekuburan Katolik Sungailiat. Alm. Bapak Yulius adalah pensiunan tentara dari Kompi Yonif B Senapa Sungailiat. Setelah sepeninggalan kedua orangtua, keluarga besar Djanu Rombang menetap di Jl. Maras, Belakang RSU Daerah Kabupaten Bangka Sungailiat. Anak-anak alm. Bapak Yulius semuanya dilahirkan dan dibesarkan di Sungailiat. 

Pak John yang biasa disapa dikalangan keluarga, adalah seorang ASN, guru yang mengampu sejarah. Dia tamatan IKIP Sanata Dharma Yogjakarta. Setelah tamat dari Sanata Dharma, dia pernah mengajar di SMA Santo Yosef Pangkalpinang. Kemudian mengikuti test PNS di Palembang dan diterima menjadi ASN sebagai guru di Kabupaten Bangka. 

Karyanya sebagai seorang guru dijalankan dengan penuh sederhana dan rendah hati. Dalam kesederhanaan dan rendah hati, beliau adalah seorang pejuang dunia pendidikan terkhusus untuk anak-anak yang sederhana. Hal ini pernah dibuktikannya ketika dia bertugas dan mengajar di SMP Negeri Payung.

Pengalamannya di SMP Negeri Payung dengan perjalanan yang ditempuhnya begitu jauh, apalagi dengan kondisi jalan dimasa-masa itu, membuatnya menjadi sedikit kewalahan. Dia jatuh dari motornya, kakinya patah dan motornya rusak parah. Akibat dari itu, beliau kemudian ditempatkan di Sungailiat. 

Pengalaman jatuh dari motor, yang menjadikannya mutasi di Sungailiat, tidak mengakhiri perjuangan hidupnya sebagai seorang guru. Dia harus terus berjuang dengan kondisi kakinya yang masih sakit. Walaupun telah dioperasi untuk memasang pen pada tulang kaki yang patah dan retak. 

Supaya bisa berjumpa dengan anak-anak di sekolah dan mengajarkan anak-anaknya, dia harus pergi ke sekolah dengan dibantu tongkat kayu. Sementara itu, obat menawar nyeri dan sakit pada tulang-tulang kakinya, tak pernah stop untuk dikonsumsinya.

Obat-obat yang dikonsumsinya rupanya tak membuahkan kesembuhan kakinya. Kakinya bekas patah dan retak,  hampir setiap harus mengeluarkan nanah, luka-luka terlihat sembuh dari luar, namun dari dalamnya tetap luka dan bahkan terkadang busuk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline