Lihat ke Halaman Asli

Alfonsus G. Liwun

Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Fasilitator KBG Menyegarkan Wawasan tentang Alkitab dan Eklesiologi

Diperbarui: 6 September 2020   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/para fasilitator Paroki Sungailiat, 6 September 2020

Dalam buku "Toward's Non-Dominating Leadership"Emiritus Mgr. Fritz Lobinger, mantan direktur Lembaga Missiologi Lumko, menyebut bahwa seorang fasilitator harus memiliki spiritualitas yang melayani, kepribadian yang dewasa, pengetahuan yang memadai, wawasan yang luas dan ketrampilan yang cukup. 

Dari kelima sikap yang dimiliki fasilitator tadi, semestinya kelima sikap itu harus dimiliki juga oleh seorang fasilitator dalam sebuah Komunitas Basis Gerejawi (KBG). Implikasi dari itu, almahrum Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, mantan Uskup Keuskupan Pangkalpinang menegaskan bahwa karena itu fasilitator memiliki peluang strategis. Tanpa mereka pertemuan-pertemuan di KBG, gagal total. 

Karena peran dan kedudukan fasilitator begitu penting dalam memfasilitasi sebuah pertemuan, Prof. Dr. Mgr. Adrianus Sunarko, ofm melanjutkan pendampingan fasilitator pada setiap wilayah Gereja Katolik Kepulauan Bangka Belitung dengan memberikan rekoleksi kepada para fasilitator. Rekoleksi yang dimaksud itu ialah menambah atau mengasah kembali wawasan para fasilitator sehingga para fasilitator tetap ulet dan bersemangat tetap mendampingi KBG-KBG. 

Selama bulan Agustus dan September 2020, Bapa Uskup, Mgr. Adrianus Sunarko, ofm dari paroki ke paroki menjumpai para fasilitator dengan tema khusus "Sejarah Keselamatan dan Membangun Communio". 

Dalam setiap perjumpaan para fasilitator KBG dalam rekoleksi, Bapa Uskup yang sering disapa Mgr. Sunarko, menandaskan bahwa rencana Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan-Nya, hanya satu yaitu supaya keselamatan dialami oleh manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Keselamatan yang direncanakan Allah, tidak pernah gagal. Karena Allah selalu terus bekerja untuk keselamatan itu dengan melalui berbagai peristiwa, cara, suatu tempat, dan pribadi orang-orang tertentu. Keselamatan utuh berpuncak pada pribadi Yesus Kristus. Melalui-Nya, cara Allah hadir dan menyertai manusia dan ciptaan-Nya sehingga mencapai keselamatan itu sendiri.

Untuk mencapai keselamatan seperti yang direncanakan Allah, orang-orang kristiani harus hidup bersekutu, bersaudara, bersatu atau dalam istilah eklesiologi disebut "Communio". Maka tidak heran, tahun 2020, Mgr. Sunarko menyerukan tahun 2020 sebagai tahun Communio. Isi tahun Communio yaitu "communio yang murahhati dan rahim". Apa itu Communio murahhati dan rahim? Bapa Uskup Keuskupan Pangkalpinang dihadapan para fasilitator di setiap paroki menjelaskan 

"Communio yang murah hati secara konkret berarti, bahwa para anggotanya memiliki kepekaan dan perhatian satu sama lain, rela berbagi dan memberi (dana, waktu, talenta) khususnya bagi mereka yang lemah dan menderita." Lebih lanjut, beliau pun menjelaskan Communio yang rahim bahwa para anggotanya bersedia saling mengampuni satu sama lain. Marilah mengisi tahun communio ini dengan mengupayakan perdamaian, rekonsiliasi dengan saudara-saudari atau kelompok yang masih berselisih.

Lebih jauh dari itu, Bapa Uskup menegaskan beberapa hal mendasar tentang Communio, bahwa upaya membangun communio juga berkaitan langsung dengan Allah Tritunggal yang kita imani. Allah Tritunggal hidup dalam persekutuan kasih, maka Gereja juga harus hidup dalam persekutuan kasih. "Demikianlah Gereja nampak sebagai umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus" (LG 4). Di dalam Gereja, umat awam, para religius (biarawan/wati), dan klerus (diakon, imam, uskup, Paus) saling mengakui dan menerima sebagai saudara-saudari. Bahkan Bapa Uskup menunjukkan isi dokumen Konsili Vatikan yang mendukung isi Communio itu: "Dengan menganut teladan Tuhan, para Gembala Gereja saling mengabdi dan melayani Umat beriman lainnya. Sedangkan kaum beriman dengan suka hati bekerja sama dengan para Gembala dan guru mereka" (LG 32).

Selain itu, Bapa Uskup pun mengutip dokumen dari Paus Fransiskus: Janganlah kita menjadi Gereja yang "tertutup dalam struktur-struktur yang memberikan kita rasa aman palsu, dalam peraturan-peraturan yang menjadikan kita  hakim-hakim yang kejam, dalam kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita merasa aman, sementara di luar pintu kita orang-orang sedang kelaparan dan Yesus tak lelah-lelahnya bersabda kepada kita: "Kamu harus memberi mereka makan (Mrk. 6: 37)"(EG 49). "Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri" (EG 49).

Rangkaian kunjungan Bapa Uskup dijadwalkan oleh Pangkalpinang Integral Pastoral Approach (PIPA) tanggal 16 Agustus 2020 di Paroki Mentok Bangka Barat, tanggal 23 Agustus 2020 di Paroki Koba Bangka Tengah-Selatan, tanggal 30 Agustus 2020 di Katedral Pangkalpinang dan tanggal 6 September 2020 di Paroki Sungailiat Bangka. Setiap paroki Bapa Uskup menjumpai lebih kurang 60-an fasilitator dengan mengikuti protokol kesehatan wilayah setempat: tetap jaga jarak, tetap pakai master dan tetap cuci tangan. Salam Communio untuk kita semua. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline