by: Cosmas Gun
Menyalakan lilin bisa menggunakan korek api. Menyalakan lampu listrik tinggal menekan tombol on. Bagaimana caranya menyalakan semangat untuk menulis?
Menyalakan lilin bisa menggunakan korek api. Menyalakan lampu listrik tinggal menekan tombol on. Bagaimana caranya menyalakan semangat untuk menulis?
Begitu lulus dari TK, otomatis kita sudah bisa menulis, minimal angka dan abjad. Lulus SD, kita juga semakin piawai menulis, malah sudah bisa mengarang sesuai tema yang kita sukai. Lulus dari perguruan tinggi, lebih piawai lagi karena sudah bisa membuat skripsi dan tulisan bisa tampil di jurnal.
Lalu, kalau sudah bisa menulis dengan lancar, mengapa harus dinyalakan? Nah, ini yang akan kita bahas.
Suatu hari, tiba-tiba ada chat di handphone android saya, dari Mas Giri Lumakto, teman yang sama -sama bergerak di Relawan Mafindo Solo Raya.
“Mas, ikut ini ya… jurnalisme kebangsaan,” ujar Giri, panggilan akrabnya, sambil membagikan (share) apa itu program jurnalisme kebangsaan.
Saya sendiri, sudah lama bergelut di dunia jurnalistik, editor, penerbitan buku. Jadi, soal tulis menulis bisa dibilang “lumayan” piawai. Namun, tawaran itu, setelah aku baca dari awal hingga akhir, ternyata menggugah saya untuk ikut. Salah satu alasannya, ada embel-embel mengembangkan Jurnalisme Kebangsaan dan kursus gratis dengan wartawan Kompas, dimana koran kompas sudah aku baca sejak aku SMA, kuliah, hingga sekarang sudah punya istri dan anak tiga. Course ini kerjasama Kompas Gramedia dan Kognisi.id. Aku pun langsung oke menyambut dengan senang hati. Siapa yang gak senang dengan hal-hal gratis, dan bisa langsung berguru kepada ahlinya: wartawan kompas, pemimpin kompas.com. Wow…
Ternyata, yang diajak course (kursus) yang memiliki komunitas. Nah, kebetulan saya memiliki komunitas menulis, anggotanya rata-rata dari guru/dosen dan umum yang pernah ikut pelatihan saya dalam menulis artikel populer. Mereka saya kumpulkan dalam wadah grup whatsapp bernama jurnalistik institute. Mereka bisa menulis tentang artikel populer, berita sekolah, dan berita umum lainnya.
Langkah berikutnya, semua anggota komunitas kuberi wara-wara, pengumuman. Tahap pertama ikut 30-an peserta, tahap kedua ikut lagi 30an peserta. Memang, aku ajak yang tertarik saja, yang suka menulis dan punya waktu untuk menulis. Jadi, ada total 60an peserta dari grup Jurnalistik Institute yang anggotanya lebih dari 250-an orang.